Pencucian Piring Keraton Cirebon untuk Nasi Rasul

Cirebon, Jabar -Jelang tradisi muludan, Keraton Kasepuhan melakukan ritual cuci jimat atau cuci piring. Perempuan keraton yang sudah menapouse pun membuka ikan bekasem, Rabu, 8 Januari 204. Tradisi muludan sendiri akan dilaksanakan pada 14 Januari mendatang.

Pencucian piring atau jimat dan guci-guci kuno dilakukan di Bangsal Kaputren Keraton Kasepuhan. Sebanyak 28 buah piring kecil, 7 buah piring besar, 2 buah guci besar dan 2 buah tempat minyak dicuci setelah disimpan selama setahun. Piring-piring tersebut merupakan barang kuno yang berusia ratusan tahun dan merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati.

Pencucian piring dilakukan di sebuah bak besar oleh para kaum atau penjaga masjid Agung Keraton Kasepuhan. Selanjutnya piring dan guci tersebut dilap menggunakan kain putih bersih oleh kerabat keraton.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat mengatakan, pencucian piring atau jimat dan guci tersebut merupakan tradisi setahun seklai yang dilakukan jelang malam puncak peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. "Di Cirebon sendiri lebih dikenal sebagai tradisi muludan," kata Arief.

Tujuan pencucian piring itu menurut Arief, untuk menjaga agar piring tetap dalam kondisi bersih saat digunakan saat malam muludan tiba. Karena piring itu sudah disimpan setahun, jadi ya harus dicuci untuk dijaga kebersihannya.

Piring dan guci tersebut akan digunakan untuk membawa nasi rasul dan lauk pauknya. "Nasi rasul merupakan nasi yang dibuat setahun sekali untuk disuguhkan pada peringatan tradisi muludan," kata Arif.

Di ruang Pungkuran Dalem Arum, dipimpin sang permaisuri Raden Ayu Syariefah Isye Natadiningrat dibuka guci-guci yang berisi ikan bekasem. Sedikitnya 25 kg ikan laut seperti ikan kakap dan tengiri diawetkan dalam guci. "Proses ini dilakukan sekitar sebulan lalu," kata Isye.

Setelah dicuci bersih, ikan-ikan itu kemudian diberi berbagai bumbu seperti garam, gula, nasi putih, asem dan lainnnya. Lalu ikan olahan tersebut diawetkan dengan cara dimasukkan ke dalam guci lalu ditutup rapat menggunakan kertas bekas semen.

Agar tidak ada udara yang masuk, ditambahkan abu gosok di sela-sela tutupan guci. Ikan tersebut dibuat pada 5 Safar dalam penanggalan Islam dan dibuka pada 6 mulud yang jatuh hari ini. "Pembuatan ikan bekasem ini syaratnya dilakukan oleh wanita yang sudah menapouse," ujar kata Isye.

-

Arsip Blog

Recent Posts