Yogyakarta - Tiap pramuwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) harus menguasai pengetahuan tentang budaya setempat karena pariwisata di daerah ini memiliki basis kebudayaan. "Dalam memandu wisatawan hendaknya mereka menguasai pengetahuan tentang budaya maupun adat istiadat yang hidup di tengah masyarakat Yogyakarta sehingga wisatawan yang berkunjung ke daerah ini paham tentang keberadaan budaya," kata Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta, Widi Utaminingsih di Yogyakarta, Rabu (23/6/2010).
Menurut dia, pengembangan pariwisata DIY dilakukan berdasarkan kekuatan unsur seni budaya dan adat istiadat yang masih hidup di tengah masyarakat daerah ini sehingga sampai sekarang pariwisata di DIY mampu bertahan dan tidak ditinggalkan wisatawan.
"Jika pramuwisata tidak memiliki kemampuan menyampaikan potensi budaya daerah ini kepada wisatawan, dikhawatirkan mereka menjadi bosan dan tidak akan kembali lagi mengunjungi DIY," kata Widi yang yayasannya bergerak di bidang pengembangan budaya dan pariwisata berbasis potensi lokal.
Ia mengatakan pramuwisata di daerah ini perlu dibekali pengetahuan tentang potensi seni budaya maupun adat istiadat masyarakat daerah ini. Dengan demikian, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang kebudayaan di DIY sehingga mampu menceritakannya kepada wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.
"Wisatawan akan merasa puas jika memperoleh cerita tentang budaya yang ada dikaitkan dengan objek wisata yang mereka kunjungi," katanya.
Untuk itu, menurut Widi, kemampuan menguasai pengetahuan tentang budaya daerah ini menjadi modal bagi pramuwisata untuk memberikan rasa puas kepada wisatawan.
Widi Melanjutkan, DIY memiliki banyak ragam budaya dan adat istiadat yang sampai saat ini masih dilestarikan dan berkembang di tengah masyarakat.
Potensi budaya setempat dapat menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan, misalnya tempat bersejarah, adat istiadat, masakan khas, serta kesenian tradisional. Oleh karena itu pengembangan sektor pariwisata seharusnya selalu dikaitkan dengan basis budaya di wilayah setempat.
Sumber: http://travel.kompas.com