Berbagai Tari Topeng Nusantara dalam FTN 2010

Kuningan, Jabar - Festival Topeng Nusantara (FTN) 2010 sudah berakhir. Puncak acaranya digelar di Panggung Budaya Cilimus 1928 Resor Prima Sangkanhurip, Kuningan, Jawa Barat, beberapa waktu silam, yang dihadiri 15 perwakilan negara asing, UNESCO, dan undangan lainnya.

Dalam acara itu, tampil tari tunggal lima wajah dari seniman topeng Miroto. Lalu ada juga kolaborasi seni topeng nusantara dari delapan provinsi, serta pemberian Lifetime Achievement Award bagi maestro topeng mendiang Mimi Rasinah.

Sejarah lahirnya beberapa tarian topeng tidak bisa dipisahkan dari cerita rakyat yang berkembang di suatu daerah yang menjadi sumber inspirasinya. Berikut sejumlah tarian topeng dari berbagai daerah dan latar kelahirannya, yang turut mewarnai serangkaian acara FTN 2010:

1. Tari Topeng Tunggal DKI Jakarta, "Centil"

Tari ini berangkat dari sebuah bentuk kesenian tradisional topeng Betawi. Topeng tunggal disebut juga dengan istilah Ngedok. Mengisahkan karakter kepribadian manusia dalam kehidupannya. Topeng Kelana menggambarkan kelincahan, genit, dan centil. Sedangkan topeng Jingga mengambarkan karakter gagah, berani, dan tegas.

2. Tari Topeng Gandrung Jawa Tengah, "Luhur"

Jatuh cinta merupakan hati yang lumrah dan manusiawi. Setiap manusia akan mengalaminya. Ada rasa senang, semangat, tulus, lucu, emosi, keras, lembut, dan sedih di dalam ceritanya. Lengkap merekam suasana cinta dua manusia.

3. Tari Topeng Tenget Bali, "Keramat"

Tari yang berawal ketika Gadjah Mada menghadap raja Bali. Saat itu dia kecewa karena raja Bali wajahnya sangat tenget (tidak boleh dilihat). Namun, Gadjah Mada tak kehabisan akal. Saat disuguhi makanan, ia meminta sayur kangkung yang tidak dipotong.

Ini siasat Gajah Mada agar ketika makan sayur dia dapat menengadahkan kepalanya. Dengan begitu, dia bisa melihat wajah sang raja. Namun, ini diketahui raja sehingga terjadilah perang antara prajurit raja Bali dan Gadjah Mada.

4. Tari Topeng Hudoq Kalimantan Timur, "Sakral"

Tari ini berasal dari suku Dayak Kenyah dan Dayak Modang. Biasa digelar sebagai ritual mengusir roh jahat pada upacara adat menjelang cocok tanam. Hudoq mengandung makna dalam pada setiap geraknya.

5. Tari Topeng Gundala-Gundala Sumatra Utara, "Sedih"

Diangkat dari cerita rakyat Tanah Karo. Berkisah mengenai dua remaja yang mempunyai garis keturunan marga sama. Mereka saling jatuh cinta, namun dihukum keluarga sehingga harus mengenakan topeng.

Mereka juga dilempari batu dan diusir dari kampung halamannya. Soalnya, menurut adat setempat, perkawinan satu marga tidak diperbolehkan.

6. Cerita Cupak Gerantang Nusatenggara Barat, "Keras"

Cerita rakyat dari Lombok. Naskah aslinya ditulis di lontar dengan huruf Jejawan. Menggunakan bahasa Sasak. Ceritanya teruntai dalam bentuk tembang. Cerita ini mendramatisasi kisah kepahlawanan yang diselingi humor dalam bentuk artistik. Sekaligus menggambarkan sifat buruk, seperti jahat, malas, dengki dalam perwatakan Cupak. Sedangkan sifat budi luhur seperti, jujur, ksatria, gagah, dan tampan digambarkan dalam Gerantang.

7. Tari Topeng Guro Gudho Jawa Timur, "Gecul"

Perjalanan hidup mencari kebaikan yang selalu dirintangi dengan berbagai rintangan. Namun, sesuai hukum alam, kemungkaran selalu terkalahkan dengan kebajikan.

8. Tari Topeng Cirebon, "Berani"

Tarian ini mempunyai nilai luhur yang berlatar belakang agama Islam. Sebuah karya agung Sunan Kalijaga di dalam perjalanan mengarungi kehidupan. Melahirkan keindahan ciptaan Allah.(ULF)

-

Arsip Blog

Recent Posts