Batam, Kepri - Singapura memamerkan beberapa karya monumental ilmuwan era keemasan Islam terutama matematika, astronomi, kedokteran, serta penerbangan yang menjadi akar dan peletak dasar perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Pameran tentang karya-karya besar ilmuwan Muslim ini berlangsung di gedung Singapore Science Centre (SSC), Jurong, Singapura, 16 April--16 Juli 2012, dengan tajuk "Sultans of Science: Islamic Science Rediscovered" (Para Sultan Sains: Penemuan Kembali Sains Islam), kata Kepala Eksekutif SSC Profesor Lim Tit Meng, Kamis.
SSC merupakan tempat pertama di Asia dalam rangkaian tur global MTE Studios yang bermarkas di Dubai, Uni Emirat Arab, dan di Cape Town, Afrika Selatan.
Bagi pengunjung tersedia sembilan klaster peragaan statis serta interakif dengan layar sentuh, berikut 10 video dan 75 poster tentang karya ilmuwan pada zaman keemasan Islam (700--1700 Masehi).
Tokoh dunia Islam yang karyanya dipamerkan antara lain Al-Khawarizmi yang diakui dunia sebagai Bapak Aljabar, Al-Jazari (Bapak Rekayasa Modern), Abbas Ibnu Firnas (Pelopor Wahana Penerbangan), Al-Nafis, pelopor ilmu kedokteran, penemu sistem sirkulasi darah pada jantung, serta Laksamana Cheng Hoo, penjelajah kenamaan dari China.
Al Khawarizmi, ahli matematika dan astronomi dari Persia, dikenal sebagai orang yang memperkenalkan metode mirip dengan penjumlahan bilangan akar kuadrat, dan memperkenalkan konsep pengurangan untuk variabel bilangan kuadrat, menyempurnakan dan mengembangkan geometri dengan persamaan kuadrat.
Khawarizmi adalah ilmuwan matematika abad pertengahan yang dikenal sampai sekarang dengan sebutan Bapak Aljabar.
Dia menulis buku Al-Jem wa l-afraq bi Hisab al-Hind pada bidang aritmatika yang menggunakan bilangan numerik India termasuk angka nol dan notasi desimal untuk pertama kali, berkaitan dengan empat operasi dasar matematika yaitu penambahan, pembagian, pengurangan dan perkalian.
Aljabar adalah penggabungan teori bilangan-bilangan rasional, irasional, dan geometri. Konsep ini memberikan dimensi dan pengembangan teori matematika yang benar-benar baru dibandingkan teori-teori sebelumnya dan menjadi dasar pijakan pengembangan teori matematika selanjutnya.
Ilmuwan lain, Al-Jazari dianggap sebagai Bapak Rekayasa (Teknik) Modern. Insinyur Islam ini menciptakan "humanoid robot" dan 50 peralatan mekanis lainnya.
Karya terbaik Al-Jazari yang dipamerkan di antaranya Jam Gajah Air yang diciptakannya lebih dari 800 tahun silam, model keunggulan dalam dunia teknik yang juga menyatukan unsur-unsur unik dari Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Kecil, India dan China, misalnya bertupa berupa sosok gajah, naga dan phoenix.
Tokoh lain, Al-Nafis, pelopor medis Islam yang menemukan sistem sirkulasi darah pada jantung tahun 1284 Masehi yang merupakan terobosan medis ketika itu.
Nafis pada abad ke-14 melakukan operasi dengan peranti bedah sangat yang mirip dengan instrumen bedah modern dan mampu membangun rumah sakit umum.
Laksamana Cheng Ho, dalam "Sultans of Science" yang dihadirkan dalam bentuk patung memegang kompas adalah seorang pelaut muslim China dari abad ke-15 Dinasti Ming.
Ia dengan perahu besar memimpin tujuh ekspedisi armadanya ke Malaysia, Thailand, Indonesia, dan India, Yaman, Arab Saudi dan Somalia. Penjelajahannya menjadi inspirasi bagi penjelajah Eropa lainnya seperti Columbus dan Drake.
Ibnu Al-Haitham, seorang sarjana abad 11 Islam membedah mata dan mengembangkan teori baru dari Viyaitusi yang masih digunakan hari ini. Dia membantah temuan Yunani, dan membuat studi terperinci pertama dari lensa dan refraksi cahaya dan refleksi.
Di bidang penerbangan, pameran ini menampilkan Abbas Ibnu Firnas seorang penerbang pertama di dunia yang menciptakan glider yang terbuat dari bilah bambu dan kain yang membentang dengan bulu elang.
Abbas melakukan penerbangan pertama di Spanyol pada 875 Masehi ketika berumur 70 tahun, sekiktar 11 abad sebelum pada 1903 Orville Wright membuat pesawat terbang bermesin pertama.
Pameran ini juga menekankan bagaimana umat Islam, bekerja secara harmonis bersama dengan pemeluk agama lain dari Eropa, Asia dan Afrika, dengan tujuan untuk memberikan kontribusi besar terhadap sains.
Bukan mitos
Kepala Eksekutif SSC Profesor Lim Tit Meng mengatakan, melalui pameran empat bulan ini ingin mengajak pengunjung kian menyadari bahwa kontribusi ilmuwan sains Islam pada kurun 700-1700 Masehi, bukan mitos melainkan suatu kenyataan.
"Sains adalah bahasa universal, untuk membangun saling pengertian antarbangsa," katanya.
Pada masa Renaisans atau zaman kelahiran-kembali kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M, para cendikiawan muslim pun memberikan kontribusi besar, tidak hanya dalam studi teoritis, melainkan juga dalam aplikasi praktis dalam sains.
"Pameran ini penting bagi rakyat Singapura yang beragam ras," kata Lim di kantornya.
Pengelola SSC akan bekerja sama dengan Majelis Ulama Singapura untuk memungkinkan banyak remaja dan pelajar muslim negerinya datang ke pameran supaya semakin memahami tentang kontribusi ilmuwan beragama Islam bagi perkembangan iptek di dunia.
Lim berharap pameran tersebut dikunjungi banyak warga Singapura, Malaysia dan Indonesia.
Sumber: http://www.antaranews.com