Mengenal Kehidupan Urang Kanekes di Festival Baduy

Jakarta - Pariwisata Indonesia berancang-ancang menjadi destinasi kelas dunia. Untuk itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong semua pihak untuk berinovasi, terutama daerah dalam daftar 10 Bali Baru yang menjadi prioritas pengembangan.

Salah satu daerah yang tengah digiatkan yaitu Kabupaten Lebak, Banten. Daerah yang dikenal dengan objek wisata Tanjung Lesung ini akan menyelenggarakan Festival Baduy 2016 di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, pada 28-30 Oktober 2016 mendatang.

”Ini untuk pertama kalinya kami mengadakan Festival Baduy 2016. Kami berharap banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang datang,” ujar Panitia Pelaksana Festival Baduy 2016 Arman Bin Kaipin, melalui keterangan resmi pada Jumat (14/10).

”Tidak hanya Tanjung Lesung, kami juga akan mempromosikan banyak kerajinan daerah yang selama ini belum terjamah,” ia menambahkan.

Sejumlah kegiatan akan dilakukan selama Festival Baduy 2016, antara lain penampilan tari dan musik, pameran kerajinan Suku Baduy, prosesi pembangunan Gerbang Baduy, sampai pemecahan rekor menenun.

Suku Baduy yang menetap di pedalaman Banten menyebut diri mereka sebagai Urang Kanekes. Masyarakat adat ini tinggal di perbukitan, yang masih bagian dari Pegunungan Kendeng.

Urang Kanekes terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Tangtu dan Panamping. Sebagian besar masyarakat Baduy bekerja sebagai petani atau penenun.

Kelompok Tangtu dikenal sebagai Kanekes Dalam atau Baduy Dalam, kelompok yang paling ketat mengikuti adat istiadat. Mereka tinggal di tiga desa, yaitu Cikertawana, Cikeusik dan Cibeo.

Salah satu adat istiadat kelompok Tangtu yang terbilang unik ialah tidak membiasakan diri untuk menggunakan peralatan yang moderen, seperti alas kaki, alat elektronik dan kendaraan bermotor.

Mereka juga masih menganut kepercayaan tradisional yaitu Sunda Wiwitan, yang dipimpin oleh seorang Pu’un sekaligus berkedudukan sebagai pemimpin masyarakat.

”Selain pemandangan, suasana berkehidupan di sana juga sangat indah. Semuanya sudah jarang ditemui di kota besar," kata Arman.

Akses menuju pedalaman Baduy tidak sulit. Dari Terminal Ciboleger Banten, wisatawan bisa menempuh perjalanan yang akan memakan waktu sekitar tiga jam.

Untuk sampai ke Cibeo, wisatawan akan ditemani oleh kelompok Panamping, yang dikenal sebagai Kanekes Luar atau Baduy Luar. Berbeda dengan Tangtu, Panamping sudah mengenal kehidupan modern.

”Walau sudah berpakaian modern, kita masih bisa mengenalinya dengan ciri khas ikat kepala berwarna hitam. Tradisi turun temurun yang sarat nilai berharga itu yang ingin kami kenalkan kepada wisatawan,” kata Arman.

Demi menunjang pengembangan, kawasan Banten juga sudah masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Pembangunan jalan Tol Serang-Panimbang sepanjang 84 kilometer pun sedang dilakukan, agar akses menuju objek wisata semakin mudah.

"Begitu tol itu selasai, maka akses menuju objek wisata semakin cepat berkembang," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.

-

Arsip Blog

Recent Posts