Tanah Datar, Sumbar - Salah satu cara seru untuk mengenal kebudayaan sebuah daerah adalah datang ke festival seni budaya. Bila budaya Minangkabau menarik perhatian Anda, bisa langsung berkunjung ke Festival Pesona Budaya Minangkabau mulai 23 hingga 29 Oktober 2016 di Rumah Basa Pagaruyung, Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat.
Menurut Bupati Tanah Datar, Irdinansyah Tarmizi, seluruh rangkaian kegiatan selama festival berlangsung akan dikemas seapik mungkin agar masyarakat yang hadir dapat mengenal tradisi dan kekayaan budaya Minangkabau secara utuh.
Seperti festival pada umumnya, acara ini pun padat aktivitas. Di antaranya ada pameran matrilineal, pacu kudo, pacu jawi, pertunjukan tari kolosal, karnaval, pemutaran film Minangkabau lewat bioskop keliling, festival randai, tradisi makan bajamba, keroncong Minang, debus, pertunjukan silat, seminar budaya, dialog interaktif mengenai adat budaya Minang, serta Pagaruyung Expo.
Diwartakan PoskoNews, Nurmatias, Kepala Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat sekaligus penanggung jawab penyelenggaraan pameran matrilineal berkata, "Dalam pameran matrilineal nanti kami akan bekerja sama di antaranya dengan Museum Aditiawarman, Balai Pelestarian Nilai Budaya di Padang, mendatangkan benda-benda dari Balai Arkeologi Medan, Museum Presiden Bogor, Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo, Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, Balai Manusia Purba Sangiran, Badan Konservasi Candi Borobudur Jawa Tengah dan Samarinda."
Berbeda dengan suku-suku lain di Indonesia, masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal. Sistem matrilineal adalah suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seorang anak laki-laki atau perempuan dalam keluarga merupakan bagian garis keturunan/klan yang dibawa oleh darah ibu mereka. Ayah dalam keluarga inti tidak dapat memasukkan anaknya ke dalam sukunya sebagaimana yang berlaku dalam sistem patrilineal yang dianut oleh mayoritas suku lainnya di Indonesia.
Dengan kata lain seorang anak yang terlahir dengan latar belakang orang tua Minangkabau akan mengikuti suku ibunya.
Selain sistem kekerabatannya yang unik, orang Minangkabau juga dikenal memiliki kebiasaan merantau atau pergi ke luar dari daerah kelahirannya untuk mendapatkan pengalaman hidup yang baru. Merantau dalam budaya Minangkabau merupakan keharusan, khususnya kepada para pemuda jika dia ingin dipandang dewasa dalam masyarakat. Masyarakat Minang menganggap bahwa laki-laki remaja hingga pemuda yang belum menikah dan tidak pergi merantau sebagai orang-orang yang penakut dan tidak bisa hidup mandiri.
Asal-usul sistem matrilineal dan merantau sampai saat ini belum dapat dijelaskan dengan bukti empiris dan hanya dapat dijawab oleh cerita-cerita mitos, asal-usul mengapa suku Minangkabau memegang sistem matrilineal menjadi menarik untuk diketahui karena tidak banyak suku di Indonesia, bahkan di dunia, yang mempraktikkan sistem ini.
Sistem matrilineal, bersama dengan kebudayaan merantau, telah mengakar dalam kebudayaan Minangkabau sejak lama dan kedua hal ini termasuk faktor dominan yang membentuk masyarakat Sumatera Barat hingga sekarang.
Untuk datang ke festival ini, diharapkan menggunakan pakaian adat Minangkabau dan Anda bisa masuk secara gratis.
Tanah Datar yang menjadi lokasi festival ini ini merupakan kabupaten terkecil kedua untuk luas wilayahnya di Sumatera Barat, yaitu 133.600 Ha. Meski termasuk area kecil, Tanah Datar memiliki objek wisata yang cukup beragam, misalnya Istana Pagaruyung, Balairuang Sari, Puncak Pato, Prasasti Adityawarman, Batu Angkek-angkek, Rumah Gadang Balimbing, Kincir Air, Batu Basurek, Nagari Tuo Pariangan, Fort van der Capellen, Batu Batikam, dan Ustano Rajo.
Tak hanya itu, para pencinta alam dapat memuaskan hasrat petualangannya di Lembah Anai, Panorama Tabek Pateh, Danau Singkarak Bukit Batu Patah, dan Ngalau Pangian.
Sumber: https://beritagar.id