Festival Upacara Adat di Yogya

Yogyakarta - Untuk pertama kali, Yogyakarta mengelar festival yang menampilkan upacara-upacara adat, secara bersamaan. Festival Upacara Adat Provinsi DIY demikian nama acara yang Minggu sore mulai dilangsungkan.

Ratusan peserta dari seluruh DIY yang masing-masing kabupaten terdiri dua kontingen, menampilkan atraksi upacara adat. Misalnya Tug Sibedug dan Bekakak (Sleman), Babad Dalan dan Cingcing Goling (Gunung Kidul), Nawu Enceh dan Maheso Suro (Bantul), Wiwitan dan Nawu Sendang (Kulon Progo), Ruwatan dan Merti Code (Kota Yogyakarta).

Diawali Pentas tari kolosal Boyong Dewi Sri, acara dari Dinas Kebudayaan DIY ini, pawai dari Alun-Alun Utara, lalu bergerak mengelilingi Benteng Keraton. Dua bregada prajurit keraton, juga ikut memeriahkan acara ini.

Donny S Megananda, Seksi Publikasi acara, mengatakan, Festival Upacara Adat bertujuan menguatkan nilai kearifan lokal dan memberi ruang ekspresi bagi kaum muda. Anak muda perlu diwarisi semangat melestarikan budaya pada anak muda. Keseluruhan ritual adat ini adalah berhubungan dengan air (laut), bumi (tanah) dan gunung (Api).

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Djoko Dwiyanto dalam sambutannya dalam pembukaan, mengatakan bahwa festival ini sengaja ditampilkan agar masyarakat melihat lagi kearifan lokal sebagai nilai filosofis upacara adat. Upacara tradisional pada hakikatnya adalah doa, perlambang harmonisasi manusia dan Sang Pencipta. Demikian juga harmonisasi antarmanusia.

Nguri-uri budaya luhur seperti upacara adat, sangat penting. Sebab, sekarang banyak hal yang melukai harmonisasi-harmonisasi itu. "Acara ini jangan hanya sekadar menampilkan atraksi tapi juga menunjukan bahwa harmonisasi itu masih ada," ucap Djoko.

Sutardi, Kordinator upacara adat Nawu Sendang (Kulon Progo) mengatakan, sebenarnya anak-anak muda bersemangat mengambil peran dalam upacara adat. Namun, itu perlu peran kaum tua untuk mengenalkan dan membujuk mereka. Anak-anak muda, bukannya tidak mau atau gengsi, tapi harus ada dorongan dari luar dirinya.

“Makanya, warga di Dusun Selapar, Hargowilis, Kokap, senantiasa mendorong agar anak-anak mudanya, paling tidak usia 40 tahun ke bawah, ikut berpartisipasi dalam Nawu Sendang. Memang, awalnya tentu sulit. Tapi lama-lama bisa,” kata Sutardi. (Lukas Adi Prasetya)

-

Arsip Blog

Recent Posts