Ambon, Maluku - Latupati (pemangku adat) Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon menyatakan kesiapannya untuk menyukseskan Sail Banda 2010 yang penyelenggaraannya dijadwalkan pada Juni hingga Agustus 2010.
"Sail Banda merupakan peluang emas bagi masyarakat Maluku. Karena itu warga Desa Latuhalat siap menyukseskan kegiatan bahari bertaraf internasional tersebut," kata latupati Desa Latuhalat, Mosez Salhuteru di Ambon, Kamis (10/6/2010).
Menurut Mosez, pemerintah negeri (desa) dalam menyambut Sail Banda telah mengeluarkan surat keputusan saniri (rapat adat) nomor 2 tahun 2010 yang mengatur tentang penanganan ketertiban dan kenyamanan daerah setempat.
"SK ini berisi ketertiban warga yang antara lain melarang mengonsumsi minuman keras dan mabuk-mabukkan di jalan raya karena mengganggu kelancaran aktivitas lalu lintas," ujar Mosez.
Selain itu, warga diimbau untuk tidak berjalan bertelanjang dada di jalan raya karena sangat mengganggu pemandangan wisatawan yang berkunjung ke Desa Latuhalat sebagai daerah tujuan wisata bahari. "Bila ditemukan warga yang tidak menaati SK tersebut maka akan diambil tindakan oleh aparat keamanan negeri," katanya.
Menurut Mosez, Sail Banda 2010 merupakan momentum bagi masyarakat Maluku untuk mempromosikan potensi wisata alam dan bahari, seni budaya maupun kuliner kepada wisatawan manca negara maupun lokal.
"Desa Latuhalat memiliki potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan karena itu warganya harus berperan serta untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan agar ketika wisatawan kembali ada kesan baik di daerah asalnya," ujar Salhuteru.
Menyambut kegiatan ini, lanjut Mosez, pihaknya akan bekerja sama dengan siswa SMU 10 Latuhalat untuk mengajarkan kaum ibu dan pemuda yang berjualan di lokasi wisata berbahasa asing.
"Hal ini dilakukan agar ketika wisatawan berkunjung bisa terjalin komunikasi yang baik jangan sampai terjadi kesalahpahaman dalam menerima wisawatan asing sehingga merusak citra sapta pesona," kata Mosez.
Para pedagang yang berjualan di lokasi wisata juga akan diseragamkan dalam berpakaian yakni memakai baju cele (pakaian khas Maluku) agar terlihat rapih.
Desa Latuhalat sendiri memiliki beberapa lokasi yang telah dijadikan peta wisata bagi wisatawan diantaranya Pantai Namalatu, Santai, Tanjung Latuhalat serta Pintu Kota di Desa Air Louw.
Sumber: http://travel.kompas.com
"Sail Banda merupakan peluang emas bagi masyarakat Maluku. Karena itu warga Desa Latuhalat siap menyukseskan kegiatan bahari bertaraf internasional tersebut," kata latupati Desa Latuhalat, Mosez Salhuteru di Ambon, Kamis (10/6/2010).
Menurut Mosez, pemerintah negeri (desa) dalam menyambut Sail Banda telah mengeluarkan surat keputusan saniri (rapat adat) nomor 2 tahun 2010 yang mengatur tentang penanganan ketertiban dan kenyamanan daerah setempat.
"SK ini berisi ketertiban warga yang antara lain melarang mengonsumsi minuman keras dan mabuk-mabukkan di jalan raya karena mengganggu kelancaran aktivitas lalu lintas," ujar Mosez.
Selain itu, warga diimbau untuk tidak berjalan bertelanjang dada di jalan raya karena sangat mengganggu pemandangan wisatawan yang berkunjung ke Desa Latuhalat sebagai daerah tujuan wisata bahari. "Bila ditemukan warga yang tidak menaati SK tersebut maka akan diambil tindakan oleh aparat keamanan negeri," katanya.
Menurut Mosez, Sail Banda 2010 merupakan momentum bagi masyarakat Maluku untuk mempromosikan potensi wisata alam dan bahari, seni budaya maupun kuliner kepada wisatawan manca negara maupun lokal.
"Desa Latuhalat memiliki potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan karena itu warganya harus berperan serta untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan agar ketika wisatawan kembali ada kesan baik di daerah asalnya," ujar Salhuteru.
Menyambut kegiatan ini, lanjut Mosez, pihaknya akan bekerja sama dengan siswa SMU 10 Latuhalat untuk mengajarkan kaum ibu dan pemuda yang berjualan di lokasi wisata berbahasa asing.
"Hal ini dilakukan agar ketika wisatawan berkunjung bisa terjalin komunikasi yang baik jangan sampai terjadi kesalahpahaman dalam menerima wisawatan asing sehingga merusak citra sapta pesona," kata Mosez.
Para pedagang yang berjualan di lokasi wisata juga akan diseragamkan dalam berpakaian yakni memakai baju cele (pakaian khas Maluku) agar terlihat rapih.
Desa Latuhalat sendiri memiliki beberapa lokasi yang telah dijadikan peta wisata bagi wisatawan diantaranya Pantai Namalatu, Santai, Tanjung Latuhalat serta Pintu Kota di Desa Air Louw.
Sumber: http://travel.kompas.com