Upacara Tepuk Tepung Tawar

Oleh: Said Sirajuddin

Latar Belakang
Tepuk Tepung Tawar adalah suatu adat di negeri-negeri Melayu, khusunya di Kepulauan Riau yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sejak masa raja-raja dahulu hingga saat ini.

Upacara tepung tawar ini sebenarnya diadopsi dari Ritual Hindu yang sudah lebih dulu dianut masyarakat Indoensia. Ketika para pedagang dari Gujarat dan Hadralmaut membawa ajaran Islam ke kawasan ini sekitar abad ke-7 masehi, mereka berhadapan dengan kepercayaan animisme (kepercayaan pada kehidupan roh) dan dinamisme (kepercayaan pada kekuatan gaib benda-benda) yang direstui agama Hindu. Kepercayaan ini sangat kuat disetiap lapisan masyarakat saat itu.

Salah satunya adalah upacara tepuk tepung tawar, upacara ini menyertai berbagai peristiwa penting dalam masyarakat, seperti kelahiran, khitanan, perkawaninan, pintu rumah, pembukaan lahan baru, jemput semangat bagi orang yang baru luput dari mara bahaya, dan sebagainya.

Dalam perkawinan, misalnya, Tepuk Tepung Tawar adalah simbol pemberian dan do'a restu bagi kesejahteraan kedua pengantin, disamping sebagai penolak bala dan gangguan.

Orang tua-tua mengatakan:
Yang disebut Tepuk Tepung Tawar
Menawar segala yang berbisa
Menolak segala bencana
Mendinding segala bala
Menepis segala bahaya

Dalam adat Istiadat Melayu, Tepung Tawar artinya untuk menghapuskan atau membuang segala penyakit. Sumber lain menyebutkan tepung tawar dilakukan sebagai perlambangan mencurahkan rasa kegembiraan dan sebagai rasa syukur atas keberhasilan, hajat, acara atau niat yang akan atau yang telah dapat dilaksanakan, baik terhadap benda bergerak (manusia) maupun benda mati (yang tidak bergerak).

Adapun peralatan atau kelengkapan tepung tawar yang digunakan oleh masyarakat Melayu secara garis besar terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu:

- Ramuan Penabur
- Ramuan Rinjisan
- Pedupaan (perasapan)

RAMUAN PENABUR
Di atas wadah terletak sepiring beras putih, sepiring beras kuning, sepiring bertih dan sepiring tepung beras, sebagai pelambang sebagai berikut :
- Beras putih = kesuburan dan pembasuh diri dari yang kotor.
- Beras Kuning = kemuliaan, kesungguhan dan keagungan.
- Bertih = perkembangan, perlambang rezeki yang tumbuh dari bumi dan dari langit.
- Bunga Rampai = Melambangkan wanginya persahabatan, manisnya persaudaraan, dan harumnya keakraban.
- Tepung beras = kebersihan hati.
- Arti keseluruhan dari bahan-bahan di atas adalah kebahagiaan.

RAMUAN RINJISAN
Sebuah mangkuk putih (kalau dulu tempurung kelapa puan) berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah jeruk purut yang telah di iris-iris. Tempat/wadah tepung tawar disebut ampar artinya bumi.Di dalam mangkuk tersebut juga diletakkan sebuah ikatan daun-daunan yang terdiri dari 7 macam daun, yaitu :

- Daun Kalinjuhang/jenjuang (tumbuhan berdaun panjang lebar berwarna merah). Melambangkan penolak bala dan menjauhkan dari hantu, setan serta iblis yang mengganggu masyarakat serta pembangkit semangat juang yang tinggi.

- Tangkai pohon pepulut/setawar (tumbuh-tumbuhan berdaun tebal bercabang). Ini melambangkan sebagai penawar (obat) segala yang berbisa, bisa laut, bisa bumi dan membuang segala sesuatu yang jahat.Daun ini juga bermakna memulihkan sesuatu yang rusak atau yang sakit.

- Daun Gandarusa (tumbuhan berdaun tipis berbentuk lonjong).Daun ini bermakna, berjuang untuk menahan sesuatu penyakit yang akan datang masuk ke suatu daerah. Daun ini juga merupakan daun penangkal musuh dari luar, penangkal dari dalam, penangkal sihir dan serapah, penangkal segala kejahatan yang dibawa setan lalu.

- Daun ribu-ribu (Tumbuhan melata berdaun kecil bercanggah).Fungsinya sebagai pengikat diantara daun-daun tersebut, maknanya untuk mengikat segala penyakit yang datang dan penguat kesatuan dan kebersamaan serta penguat semangat.

- Daun Keduduk/Senduduk. Maknanya segala penyakit yang datang didudukkan atau ditaklukkan dan dilumpuhkan.

- Daun sedingin, Daun ini bermakna akan memberikan kesejukan,ketengan dan kesehatan.

- Pohon sembau dengan akarnya.Pohon yang memiliki akar yang liat dan sukar dicabut, mengingatkan kita pada kekuatan dan keteguhan.

Maka ketujuh macam tumbuhan tersebut diatas melambangkan suatu seruan atau do'a tanpa suara untuk kesempurnaan orang yang ditepung tawari.

Ketujuh daun tersebut diikat dengan akar atau benang jadi satu berkas kecil sebagai rinjisan. Adapun arti dari bahan-bahan di atas adalah sebagai berikut :

- Mangkuk putih berisi air putih bermakna kejernihan.Kadang ada juga yang menggunakan air mawar, yang terbuat dari aneka daun-daunan yang beraroma wangi seperti pandan, serai wangi, jeruk purut yang direbus dan airnya dijadikan air pecung.
- Beras atau bedak beras. Dibuat dari tepung beras yang diadun bersama larutan wewangian alami dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai makna sebagai pendingin, peneduh kalbu, dan kesuburan.
- Limau purut yang diiris tipis, yang mempunyai makna sebagai pemberi kekuatan dan kesabaran sekaligus membersihkan. Secara keseluruhan diartikan sebagai Keselamatan dan Kebahagiaan.

Ketiga peralatan ini diaduk menjadi satu dalam satu wadah dan direnjis dengan menggunakan gabungan alat penepuk yang terdiri dari dedaunan tersebut.

PERDUPAAN
Perdupaan dengan kemenyan atau setanggi yang dibakar dapat diartikan dengan pemujaan atau doa kepada Yang Maha Kuasa agar permintaan dimaksud dapat restu atau terkanul hendaknya. Perdupaan ini sangat jarang dilakukan pada upacara tepung tawar yang ada sekarang ini.

URUTAN PENEPUNG TAWARAN
Urutan yang menepung tawari adalah dimulai dari ibu bapaknya (serentak) dan kemudian diteruskan oleh ahli keluarga yang tertua dan terdekat sampai jumlah yang telah ditentukan semula dengan ketentuan mula-mula yang menepung tawari adalah kaum laki-laki, kemudian baru giliran kaum wanita.

Anak beru ataupun seseorang yang ditugasi untuk itu, mendatangi dan menjemput orang yang harus menepung tawari itu serta mempersilahkan beliau sambil mengiringkannya pula dari belakang ke tempat upacara tepung tawar.

Selesai melakukan tepung tawar, beliau diantar pula ke tempat duduknya semula dan oleh anak beru atau orang yang ditugaskan untuk itu memberikan kepada beliau sebuah “bunga telor berkat”

CARA MELAKUKAN TEPUNG TAWAR
Orang yang hendak ditepung tawari mula-mula menerima ataupun mengambil sedikit (sejumput) beras putih, beras kuning, bertih dan bunga rampai, lalu menaburkannya ke atas hariban atau keliling badan orang yang ditepung tawari, kadang-kadang disertai dengan ucapan ‘selamat’, “murah rezeki”’ “sehat”’ dan sebagainya.

Kemudian diambilnya berkas ikatan daun kalinjuhang dan daun lainnya, dicecahkan ke mangkuk puith yang berisi air dan beras putih serta irisan limau purut lalu dirinjis-rinjiskannya di atas kedua belah telapaktangan orang yang ditepungtawari. Selalu juga disertai dengan kata ‘selamat’. Kemudian barulah diambil sedikit tepung beras tadi dan dioleskan (dilekatkan) ke tapak tangan yang ditanuri.

Semua acara di atas dilakukan dengan khidmat. Orangtua ada juga merinjis-rinjiskan berkas ikatan tersebut ke atas ubun-ubun (kepala) anaknya ataupun keluarga termuda. Ini sebenarnya bersifat kemanja-manjaan saja , bukan kelaziman.

Jika yang ditepung tawari lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya di dalam keluarga ataupun masyarakat dari orang yang ditepung tawari, maka orang yang ditepung tawari telebih dahulu harus minta terima kasih dan memberi hormat dengan cara mengangkat kedua belah tangannya sewaktu hendak di tepung tawari. Yang menepung tawari membalas pula dengan mengangkat kedua belah tangannya juga, sebagai menerima tanda terima kasih atau penghormatan itu.

Sebaliknya yang akan terjadi, jika yang menepungtawari lebih muda, maka dialah terlebih dahulu yang harus memberi hormat.

Dalam Upacara ini, penepung tawar terlebih dahulu merenjiskan atau memercikkan air seikat daun-daun tadi kepada orang yang ditepung tawari. Selanjutnya mereka menaburkan beras kunyit ke atas orang yang ditepung tawari.

Syair Tepuk Tepung Tawar :
Tepung tawar untuk penawar
Supaya hidup tidak bertengkar
Wabah penyakit tidak menular
Semua urusan berjalan lancar.

Tepung tawar berberas berteh
Supaya hati menjadi pengasih
Tabah menahan pahit dan pedih
Sampai tua sayang berlebih

Tepung tawar berdaun sedingin
Supaya selamat kedua pengantin
Imannya teguh bekerjapun rajin
Mau bersusah tahan berlenjin

Tepung tawar berberas kunyit
Supaya menjauh segala penyakit
Berlapang dada di dalam sempit
Mensyukuri nikmat walau sedikit
Tepung tawar berbunga rampai
Supaya niat semuanya sampai
Dikasihi oleh sahabat handai
Berumah tangga rukun dan damai

Tepung tawar berberas basuh
Supaya hidup tidak bermusuh
Mana yang buruk akan menjauh
Berumah tangga takkan bergaduh

Tepung tawar mengandung inai
Balak dan bala tidakkan sampai
Niat terkabul hajatpun sampai
Sehingga amat barulah bercerai

Tepung tawar menuruti adat
Intinya doa memohon rahmat
Kepada Allah hati bertobat
Supaya sentosa dunia akhirat

Tepung tawar kita lakukan
Bersuami istri seiring jalan
Sampai mati berkasih-kasihan
Beranak bercucu ia berkekalan

Tepung tawar banyak maknanya
Doa dan restu ada di dalamnya
Semoga bahagia rumah tangganya
Diridhoi Allah selama-lamanya.

Tepung tawar adat sejati
Mohon rahmat ilahi Rabbi
Supaya sejahtera suami istri
Kalau berpisah bercerai mati.4

Jadi makna dari upacara tepuk tepung tawar bagi masyarakat Melayu adalah memohon keselamatan dan kebahagiaan kepada Yang Maha Kuasa baik di dunia maupun di akhirat.

DAFTAR PUSTAKA
Effendy Tenas,2004, Pemakaian Ungkapan Dalam Upacara perkawinan Orang Melayu,Yogyakarta, AdiCita.
T.H.M.Lah Husny,Butir-Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera timur.
Sjamsudduha, 1987, Penyebaran dan Perkembangan Agama Islam-Khatolik Protestan di Indonesia, Jakarta: Usaha Nasional.
Clifford Geertz, 1992. Kebudayaan dan Agama, Yogyakarta: Kanisius.
Parsudi Suparlan, 1985, Pengantar Metode Penelitian kualitatif, Artikel.
H. NCk, 1990, Tata Cara Ziarah, Jakarta: Firdaus.
Koentraningrat, 1974, Kebudayaan dan Mentalitas Pembangunan, Jakarta:Gramedia.
Mahdini, 2002, Islam dan Kebudayaan Melayu, Pekanbaru: Daulat Riau.
Koentjaraningrat, 1987, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: PT Dian Rakyat.
Roland Robertson, 1988, Agama Dalam Analisa dan Interprestasi Sosiologis, Jakarta: Rajawali Pers.
Colletta, Nat. J & Umar Kayam, 1987, Kebudayaan dan Pembangunan Sebuah Pendekatan Terhadap Antropologi Terapan di Indonesia, Jakarta:
Sanapiah Faisal, 1990, Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi, YA3 Malang.
H.NCK, 1990, Tata Cara Ziarah, Jakarta:

-

Arsip Blog

Recent Posts