Jakarta - Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI Jakarta berencana mengembangkan 45 pulau di Kepulauan Seribu menjadi kawasan wisata maritim betaraf internasional. Investor swasta diajak berpartisipasi.
Sebanyak 45 pulau di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, akan dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari berskala internasional. Proyek tahap awal ditargetkan selesai pada 2011, dan diperkirakan menelan dana 480 miliar rupiah.
Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Arie Budiman mengatakan dari 45 pulau itu, sebenarnya tinggal 36 yang dikembangkan. Sembilan di antaranya sudah dikembangkan sebagai pulau resor (peristirahatan) yang digarap swasta.
Untuk pengembangan kawasan wisata maritim atau bahari itu, kata dia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengundang investor swasta. Pembicaraan teknis penggarapan serta pembukaan undangan bagi investor akan dilakukan dalam sebuah workshop yang digelar setelah bulan Juni mendatang.
“Selain investor baru, para pemilik pulau pribadi akan diundang dalam kesempatan ini,” katanya seusai bertemu Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Balaikota, Rabu (4/3).
Pada tahap awal, lanjutnya, pembangunan kawasan wisata dimulai dengan pembuatan infrastruktur seperti moda transportasi serta jaringan utilitas listrik dan air minum dengan perkiraan dana sekitar 300 miliar rupiah, Selain itu, dilakukan upaya mempertahankan kualitas lingkungan.
Bupati Kepulauan Seribu Abdul Rahman Andit mengatakan pembangunan bandar udara di Pulau Panjang, Kepulauan Seribu, yang sempat terbengkalai hampir 15 tahun akan dilanjutkan. Pembangunan landasan udara itu diperkirakan selesai pada 2011 mendatang.
Pelabuhan udara itu sebelumnya sudah dibangun sejak 1990, tetapi terhenti akibat krisis moneter. Rencananya landasan udara diperbaiki dan panjang landasan diperpanjang menjadi 1.400 meter dari panjang sebelumnya ini 130 meter. Pembangunan ini diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar 180 miliar rupiah.
Abdul Rachman menyatakan, dari sembilan pulau yang sudah dikembangkan menjadi kawasan wisata maritim itu, empat di antaranya mati suri karena ditinggalkan pengunjung. Keempat pulau itu antara lain Pulau Bidadari, Sepa, Ayer, dan Onrust. Sedangkan yang lainnya megap-megap karena segala keterbatasan, seperti transportasi seperti krisis moneter, kenaikan bahan bakar dan isu keamanan.
Sementara itu, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Pariwisata dan Kebudayaan RI Firmansyah Rahim mengatakan pemerintah pusat telah sepakat untuk menjadikan kawasan Kepulauan Seribu sebagai tujuan wisata yang berkualitas dan berskala internasional. Skema awalnya, pemerintah akan memilih pulau-pulau potensial untuk dijadikan tempat wisata bagi turis mancanegara.
Anggaran pengembangan tempat wisata itu, kata dia, bisa diambil dari APBD, APBN, maupun dukungan dari pihak swasta. Saat ini yang diperkirakan dalam pengembangan wisata itu adalah membangun infrastruktur, transportasi, dan aksebilitasnya. “Karenanya perlu dilakukan penanganan bersama antara pemerintah daerah dan pusat,” ungkapnya.
Wisatawan Menurun
Abdul Rahman mengatakan belum tergalinya potensi wisata di Kepulauan Seribu membuat tingkat kunjungan wisata tak beranjak naik. Bahkan pada 2008, terjadi penurunan yang drastis sebesar 80 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada 2007, kunjungan wisatawan mencapai sekitar 180 ribu, pada 2008 hanya 50 ribuan pengunjung.
Penurunan jumlah wisatawan itu disebabkan banyak faktor, di antaranya adanya krisis keuangan global, naiknya harga komponen atau suku cadang kendaraan, tingginya harga sewa resort di lima pulau itu, serta adanya pencemaran karbol yang sudah tiga kali terjadi di kepulauan Seribu.
Sekjen Gabungan Pengusaha Wisata Indonesia (Gahawisri) Didin Junaedi mengatakan sebelum tahun 2000-an Kepulauan Seribu pernah mengalami kejayaan. Namun belakangan ini, justru mengalami degradasi dan jumlah wisatawan menurun. “Diharapkan dikembangkan wisata maritim di 15 pulau itu bisa mengembalikan gairah pariwisata di Kepulauan Seribu,” katanya. (KJ/u)
Sumber: http://hariansib.com (4 Maret 09)