Jakarta - Deretan manusia berbaris mengular di suatu sudut Hotel Sultan Jakarta, Rabu sore lalu. Mereka hendak menukar kuitansi pembayaran dengan lembar tiket untuk masuk ke area Java Jazz Festival 2009 di Jakarta Convention Center, Jumat, Sabtu, dan Minggu ini.
Arya Anandika, 28 tahun, karyawan perusahaan konstruksi terkemuka, termasuk salah satu pengantre. Ini hari kedua dia datang ke sana. "Kemarin ramai sekali, jadi saya menunda mengambil tiket," ujarnya.
Keputusan itu mengantarkannya ke barisan orang yang justru lebih banyak. Di antara pengantre yang ditanyai Tempo, ada yang sudah menunggu lima jam sejak tengah hari. Paling cepat dua setengah jam.
Demikianlah antusiasme publik terhadap festival jazz ini sudah membuncah. "Ini bukan festival jazz terbesar di Asia. Ini terbesar di dunia," kata CEO Java Jazz Festival Peter F. Gontha, kepada Tempo. Ratusan kelompok dan penampil solo sudah dikonfirmasi bakal tampil. Nama-nama tenar berderet.
Besarnya festival ini membuat pemerintah mensponsori melalui Departemen Perdagangan. "Ini mengangkat citra Indonesia, juga potensi-potensi industri kreatif kita," kata Menteri Mari Elka Pangestu. Menurut Peter, ini pertama kalinya lembaga pemerintah ikut menjadi sponsor Java Jazz. "Ini suatu pembaruan," ujarnya.
Pemerintah DKI Jakarta tak ketinggalan. Mereka memberi keringanan pajak reklame sebagai kompensasi dari aksi sosial dan pencitraan Jakarta sebagai tempat pertemuan musisi jazz internasional. Selain itu, karena mengundang wisatawan asing.
Selain menghadirkan musisi tenar dunia, Java Jazz juga akan diramaikan oleh penampil-penampil dari India, Arab Saudi, Libya, Cile, Norwegia, Jepang, Meksiko, dan lainnya. Sebagian di antara mereka akan meramaikan panggung "World Music". Di panggung itu, para musisi, termasuk dari Indonesia, memperdengarkan musik-musik bernuansa etnik.
Ada banyak panggung memang. Penonton akan memperoleh berbagai pengalaman musik di berbagai pojok. Dari musik piano bernuansa intim dengan penonton di Ruang Merak, panggung lobi yang diisi musisi-musisi muda bergantian tiap jam, hingga klinik musik.
Selain kegiatan musik, ada pula kegiatan lingkungan. Bersama para musisi, pada Sabtu siang, panitia menanam pohon bakau di pesisir pantai Jakarta. Parkir khusus disediakan bagi penonton yang bersepeda.
Kali ini sponsor utama Java Jazz berganti. Dari perusahaan rokok, kini perusahaan telekomunikasi Axis menjadi sponsor utama, dengan kontrak hingga tiga tahun ke depan. Perubahan sponsor ini membuat musisi-musisi muda "bawah umur" boleh tampil di Java Jazz.
Pengamat musik Bens Leo, kepada Tempo, mengaku gembira dengan perkembangan ini. Salah satu penampil yang ia sokong, The Young Prodigies, pun boleh tampil. "Umur mereka 12 sampai 16 tahun," kata Bens.
Mulai hari ini, antrean panjang pun berpindah ke mulut pintu masuk tempat pertunjukan. (IBNU RUSYDI)
Sumber: http://www.tempointeraktif.com (6 Maret 2009)