Ayo Berwisata di Hutan Kota Srengseng

Jakarta - Seiring menjamurnya pembangunan infrastruktur kota, membuat sebagian orang menilai negatif soal ketersediaan ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta. Karena itu, tak mustahil jika keberadaan hutan kota Srengseng yang tampil begitu menawan dilupakan begitu saja oleh warga Jakarta. Padahal, areal seluas 15,3 hektar itu bisa menjadi pilihan alternatif keluarga untuk mengisi libur akhir pekan.

Sikap warga Jakarta yang memandang sebelah mata hutan kota Srengseng tak dapat dipungkiri. Sebab, selain promosinya kurang, warga Jakarta justru memilih lokasi wisata di luar kota. Buktinya, setiap libur akhir pekan ribuan warga Jakarta, berbondong-bondong ke kawasan Puncak, Bogor, dan Bandung.

Namun, masih ada warga Jakarta lain yang masih "menghargai" sejumlah tempat wisata yang ada di kotanya. Pada libur akhir pekan mereka berjubel di kawasan wisata Ancol, Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan sejumlah lokasi wisata lainya, termasuk mengunjungi hutan kota Srengseng yang berada di Kelurahan Kepaladua, Kembangan, Jakarta Barat.

"Biasanya saya datang ke sini setiap hari Minggu, lumayan bisa sedikit melepas kepenatan selama seminggu bekerja, Selain murah tempatnya juga sejuk," kata Nur Soleh, Warga Kembangan Utara.

Pria paruh baya itu mengaku cukup senang menghabiskan waktu di hutan kota Srengseng. Ia bersama keluarganya sering jalan-jalan di hutan kota Srengseng saat sore hari. Bahkan, ia mengaku sering memancing di Danau Srengseng seluas 6.000 meter persegi. "Kalau pas lagi sendiri saya juga sering mancing di danau, selain teduh ikannya juga banyak," imbuh Nur Soleh.

Hutan kota dengan ribuan pohon yang terdiri dari 63 jenis tanaman itu, dibangun pada 1993 pada era kepemimpinan Gubernur R Suprapto. Dan ketika itu Walikota Jakarta Barat dijabat oleh Eddy Ruchyat. Tapi sayang, hingga saat ini yang mengunjungi hutan kota Srengseng masih sebatas warga di Jakarta Barat saja, khususnya anak-anak sekolah, pemuda-pemudi yang memadu kasih dan segelintir warga di Kecamatan Kembangan saja.

Pembuatan hutan kota Srengseng tidak dilakukan dalam waktu singkat, melainkan secara bertahap dengan menggunakan sistem sanitary landfill atau sistem gali uruk antara sampah dan tanah. Cara ini dipilih karena, lahan seluas 15,3 hektar tersebut dulunya merupakan tempat pembuangan sampah. Namun setelah sekian kali dilakukan gali uruk terbentuklah hamparan yang luas, bahkan bau busuk yang semula dikeluhkan warga hilang dengan banyaknya tanaman produktif yang ditanam di hutan kota Srengseng.

Saat ini hutan kota Srengseng saat ini memiliki kebun bibit seluas 2,5 hektar diantaranya ditanami 42 jenis pohon produktif, pelindung, dan 11 jenis tanaman anggrek. Tak hanya itu, dengan adanya danau buatan membuat kawasan hutan kota ini menjadi jauh lebih indah. Sebab, di tengah danau tersebut terdapat pulau-pulau kecil lengkap dengan tanaman seperti cery dan karsen. Karena itu, banyak burung-burung yang mencari makan hinggap di atas pepohonan tersebut.

Dalam mempromosikan kawasan hutan kota Srengseng, Pemerintah Kota Jakarta Barat sejauh ini sebenarnya tidak hanya berdiam diri saja. Bahkan sejak periode kepemimpinan Walikota Jakarta Barat yang dipegang oleh Sarimun Hadisaputra pada tahun 1998, di kawasan hutan tersebut setiap tahun diselenggarankan pesta rakyat bertajuk "Betawi Days" yang digelar setiap bulan Juni.

Namun, beberapa tahun terakhir ini promosi hutan kota Srengseng selama ini termasuk sukses sebagai sebuah proyek percontohan bagi DKI Jakarta dan Nasional. Hutan kota ini juga sebagai wujud keseriuasan Pemprov DKI dalam menciptakan ruang terbuka hijau di perkotaan. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana masyarakat terus melestarikan dan bisa memanfaatkan hutan kota satu-satunya di DKI Jakarta ini. BeritaJakarta.com

Sumber: http://megapolitan.kompas.com (24 Maret 2009)
-

Arsip Blog

Recent Posts