Yogyakarta - Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat mengeluarkan lima buah gunungan dalam rangka memperingati Maulud Nabi. Ribuan orang memperebutkan gunungan itu.
Gerebeg Mulud yang jatuh hari Senin (9/3/2009) atau 12 Rabiul Awal 1430 H merupakan puncak perayaan Sekaten.
Prosesi diawali dengan penjemputan lima buah gunungan (pareden) dari tempat pembuatan gunungan di Kamandhungan menuju Bangsal Ponconiti Keben, kompleks keraton.
Lima buah gunungan terdiri dua buah lanang, satu gunungan wadon, satu gunungan darat dan satu gunungan gepak oleh 8 bregada (birgade) prajurit Keraton.
Bertindak sebagai panglima atau manggalayudha prajurit, adik Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Yudhaningrat.
Dari Bangsal Ponconiti, Keben, prajurit Wirobrjo, Daeng, Patangpuluh, Ketanggung, Prawirotomo, Nyutro, Mantrijero, dan Jagakarya berdefile menuju Pagelaran Keraton. Lima buah gunungan keluar di kawal prajurit Bugis dan Surokarso keluar dari keraton diiringi tembakan salvo tiga kali.
4 Gunungan diperebutkan di halaman Masjid Besar Kauman dan satu buah gunungan di perebutkan di halaman Kadipaten Puro Paku Alaman Yogyakarta dengan dikawal prajurit Lombok Abang dan Plangkir.
Empat ekor gajah milik Kraton Ngayogyakarta dan Kebun Binatang Gembira Loka turut mengawal satu gunungan jaler menuju Puro Pakualaman.
Saat menuju Puro Pakualaman, ribuan warga telah menunggu sejak pagi hingga siang pukul 11.30 WIB di sepanjang jalan Sultan Agung. Gunungan tersebut langsung dibawa masuk menuju halaman dalam Puro Pakualaman.
Setelah dilakukan acara serah terima gunungan dari pihak keraton Ngayogyakarto Hadiningrat kepada perwakilan Kadipaten Puro Pakualaman. Beberapa orang kerabat ada yang ikut mengambil gunungan jaler yang terbuah dari aneka sayuran dan hasil bumi lainnya. Selanjutnya gunungan dibawa menuju lapangan Sewandanan yang terletak di depan halaman.
Namun antusiasme warga yang ingin ngalap berkah tersebut membuat gunungan yang belum sampai di tengah halaman sudah langsung dirayah hingga habis tanpa sisa. Ribuan orang saling berebutan, meski isi gunungan telah habis, sisa-sisa yang terjatuh di tanah juga langsung dipunguti warga. (bgs/aan)
Sumber: http://www.detiknews.com (10 Maret 2009)