Jakarta - Seorang pengunjung dengan mengamati lukisan sepanjang lima meter lebih dengan judul "Bima Sakti" karya Amrus Natal Sya yang harganya mencapai Rp 560 juta.
Sebanyak 150 lukisan karya para maestro pelukis Indonesia dan ratusan barang antik hingga abad ke-20 dipamerkan di Rumah Kaca Taman Menteng, Jakarta Pusat, sejak hari Jumat (22/2) hingga Selasa (6/3). Benda-benda tersebut kalau dinilai dengan uang, harganya mencapai miliaran rupiah.
Pameran tersebut merupakan gebrakan yang dilakukan Djody Art & Curio, yang sengaja memajangkan barang-barang berharga milik kolektor Munir Darwis tersebut di ruangan kaca. Pameran yang dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo itu mengambil tema "A Closer Look to Perpetual Beauty".
Di pameran itu, pengunjung lebih dahulu disuguhi lukisan mahakarya Affandi, Lee Man Fong, Dullah, S Soedjojono, R Bonnet, dan lain-lain. Dari puluhan lukisan yang dipajang, harga yang paling murah adalah Rp 2 juta, sedangkan yang termahal karya Amrus Natalsya. Lukisan sepanjang 5,7 meter dengan tinggi 1,35 meter berjudul Bima Sakti harganya Rp 560 juta.
Lukisan yang menggambarkan pertarungan Bima yang menaiki dua naga melawan para raksasa di tengah lautan. Yang unik, di bawah tanda tangan sang pelukis, tertulis angka 1000900603 yang artinya lukisan ini dibuat tahun 1963 atau dibahasakan seribu sembilan ratus enam puluh tiga.
Sementara itu, lukisan Affandi berjudul Pasar Sepi yang besarnya 40 x 30 cm san satu lukisan tanpa judul sengaja tidak dicantumkan harganya oleh panitia. Harga hanya boleh diketahui orang yang akan membeli saja.
Tidak kalah menarik adalah tiga lukisan karya Lee Man Fong yaitu Kuda, Dua Anjing, dan Wanita Menenun Kain. Untuk lukisan Anjing, harganya Rp 115 juta, dan Kuda senilai Rp 95 juta.
Barang Antik
Selain lukisan, sebanyak 120 barang antik, yang bukan saja peninggalan Indonesia tetapi juga dari luar negeri seperti dari Tiongkok, Kamboja, Vietnam, Thailand, Prancis, dan lain-lain, turut dipamerkan. Seperti, piring keramik bertuliskan huruf Arab yang berasal dari zaman Dinasti Ming tahun 1368 hingga 1643. Ada juga piring yang usianya mencapai 800 tahun. Juga ada lonceng biara Budha dari Thailand yang terbuat dari perunggu dengan tinggi 71 cm dan diameter 30 cm peninggalan abad ke-12.
Sementara, barang antik peninggalan budaya Indonesia seperti alat musik petik Siter Jawa dengan dudukan seekor gajah yang dibuat pada abad ke-19. Selain itu, patung Loro Blonyo yang dibuat pada abad ke-19.
Munir Darwis sebagai sang pemilik lukisan dan barang antik dengan harga puluhan miliar ini menjelaskan, dia mengumpulkan barang-barang antik itu sejak berusia 24 tahun. Dia memburu barang-barang itu bukan saja berkeliling Indonesia, tetapi juga harus merambah ke luar negeri. "Saat ini, saya lebih sering berkunjung ke Tiongkok, karena di sanalah banyak barang-barang antik yang masih diperjualbelikan," ujarnya.
Menurut Munir, pameran ini diselenggarakan untuk memberi kesempatan bagi masyarakat menikmati benda-benda seni bernilai tinggi di lokasi yang cukup nyaman seperti di Rumah Kaca Taman Menteng.
Sumber: www.suarapembaruan.com (27 Februari 2008)