Makassar - Sulawesi Selatan (Sulsel) menampilkan wisata budaya dan nostalgia sebagai obyek utama menyukseskan tahun kujungan wisata Indonesia (Visit Indonesia Year-VIY) 2008. "Kita memiliki banyak obyek wisata nostalgia peninggalan zaman penjajahan di hampir semua kabupaten dan kota di Sulsel yang memiliki nilai sejarah masa lalu," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel Andi Ilhamsyah Mattalatta di Makassar, Jumat (22/2).
Salah satu obyek wisata nostalgia yang memiliki nilai sejarah cukup tinggi yakni Monumen Korban 40.000 jiwa di Benteng Somba Opu di Makassar serta Makam Sultan Hasanuddin di kabupaten Gowa.
Selain itu, di sejumlah kabupaten lainnya juga terdapat obyek serupa antara lain lokasi pendaratan tentara Belanda di Luwu (Palopo) yakni desa pantai Balandai. di lokasi itu juga terdapat kuburan tentara Jepang dan Makam Datuk Patimang, pejuang dan juga penyebar syiar Islam di Bimu Sawerigading Luwu di Masamba Luwu Utara.
Menurut Ilhamsyah, hampir semua daerah yang melakukan pergolakan berjuang melawan penjajah di masa lalu memiliki sejarah panjang membela dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah. Masyarakat di beberapa daerah yang gigih berjuang mempertahakan kemerdekaan antara lain di kabupaten Barru, Luwu, Bone, Gowa, Wajo, dan Sidrap serta sejumlah pejuang lainnya dari daerah sekitarnya.
Wisatawan asal Eropa khususnya dari Belanda dan Jerman banyak yang tertarik Obyek wisata nostalgia tersebut begitu pula wisatawan dari Jepang. "Hampir semua obyek wisata nostalgia itu kini berubah menjadi obyek wisata budaya, sehinga kedua sarana pendukung pariwisata tersebut telah dipadukan dalam satu paket yakni wisata budaya dan nostalgia," ujar Ilhamsyah yang juga Dirut Hotel Singgasana Makassar.
Untuk menarik banyak wisatawan berkunjung ke Sulsel diperlukan diversifikasi obyek, selain budaya yang selama ini telah menjadi primadona seperti budaya Toraja yang langka di dunia. Kalau di Toraja ada pesta Rambu Tuka’ (pesta panen) dan Rampu Solo’ (pesta pemakaman) yang telah menjadi andalan Sulsel, maka daerah lain juga harus mengembangkan obyek wisata yang menarik bagi turis, tutur Ilhamsyah.
Potensi wisata cukup banyak tersebar di semua kabupaten dan kota, namun karena kurangnya perhatian pemerintah setempat terhadap sektor ini, sehingga potensi wisata tersebut nyaris tak terurus.
Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) cukup signifikan setiap tahun yang bersumber dari pajak hotel dan restoran. "Jika pemkab dan pemkot serius membangun sektor jasa, saya yakin pariwisata di daerah itu akan menjadi primadona untuk meningkatkan PAD setempat," katanya.
Ketua PHRI Makassar Anggiat Sinaga mengatakan, kontribusi sektor pariwisata di ibukota provinsi Sulsel 2007 mencapai Rp 40 miliar meningkat dari tahun sebelumnya Rp 30 miliar. Sementara itu, Walikota Makassar Ilham Arif Siradjuddin menyatakan pihaknya memberi perhatian terhadap sektor pariwisata yang punya kontribusi cukup signifikan terhadap PAD. Untuk 2008 ini pihaknya menargetkan pendapatan Rp 100 miliar.
Sumber: www.kompas.com (27 Februari 2008)