Bengkulu - Keberadaan terumbu karang di Pulau Enggano, Bengkulu Utara, terancam rusak dan habis, karena terus diambil secara ilegal untuk dijadikan bahan bangunan proyek-proyek pembangunan fisik dan keperluan pribadi warga setempat.
Basir Kauno, salah seorang tokoh masyarakat Enggano, Senin, menilai, pemerintah sampai sekarang belum berhasil mengatasi penambangan liar batu karang di Enggano tersebut, sehingga keberadaannya terancam habis dan akan berdampak pada rapuhnya pondasi pulau tersebut.
Menurut dia, yang sangat mengkhawatirkan adalah pengambilan secara besar-besaran oleh pihak kontraktor pembangunan jalan dan bangunan fisik proyek pemerintah lainnya di pulau tersebut, padahal terumbu karang itu berfungsi memperkokoh pondasi Pulau Enggano yang berjarak 97 mil dari Kota Bengkulu itu.
Bila terumbu karang itu habis akan mengancam pulau terpencil itu menjadi tenggelam, karena kawasan hutannya pun sekarang sudah mulai dibabat dan diambil kayunya oleh masyarakat.
Ia juga menilai, pembangunan di Pulau Enggano selama ini masih sebatas proyek uji coba dan bukan untuk pengembangan dan mempertahankan kekayaan alam yang ada.
Basir mencontohlan beberapa proyek besar tahun lalu antara lain transmigrasi yang menghabiskan dana puluhan miliar rupiah sampai sekarang terbengkalai termasuk pengadaan kapal nelayan sampai kini tidak ada realisasinya.
Pembangunan jalan dan irigasi seluruhnya menggunakan terumbu karang yang ada di daerah itu, bila terumbu karang tersebut habis, Pulau Enggano ke depan tinggal kenangan dan akan tenggelam apalagi hutannya terus dibabat untuk diambil kayunya.
Menurut penetian ahli kepulauan, kata Basir Kauno, Pulau Enggano berada di atas kekuatan karang, bila karang-karang itu terus diambil pondasinya akan runtuh.
Untuk mengantisipasinya, pihak Pemkab Bengkulu Utara harus tegas menindak dan menyetop pencurian sumber daya alam yang ada di pulau terpencil yang berada di Samudra Indonesia itu.
Sebelum masuknya transmigrasi ke daerah itu, banyak pengusaha berpura-pura ingin menanamkan modalnya dengan membuka perkebunan besar, namun setelah berjalan ternyata hanya mengambil kayu dan gulung tikar.
Menanggapi rencana masuknya investor ke daerah itu, Basir menyambut positif asalkan kepentingan masyarakat setempat tak diabaikan.
Sumber: www.mediaindonesia.com (28 Februari 2008)