Denpasar - Tiga stasiun televisi asing telah memastikan akan meliput rangkaian kegiatan ritual umat Hindu melaksanakan tapa brata penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1930 tanggal 7 Maret 2008.
"Ketiga stasiun televisi itu masing-masing CNN Amerika Serikat, televisi dari Taiwan dan Korea," kata Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Bali, Drs I Gede Nurjaya, di Denpasar, Rabu.
Dikatakannya, banyak rangkaian kegiatan ritual yang bisa diliput untuk disebarluaskan kepada masyarakat internasional, tanpa mengganggu umat Hindu menunaikan empat pantangan yang akan dilakukan umat Hindu.
Keempat pantangan tersebut meliputi tidak melakukan kegiatan (amati karya), tidak menyalakan api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengumbar hawa nafsu (amati lelanguan).
Rangkaian kegiatan ritual tersebut antara lain prosesi "Melasti/Melis" bermakna membersihkan pratime, yakni benda suci yang disakralkan ke laut, danau atau sumber mata air yang melibatkan warga di masing-masing desa adat, sesuai dengan kondisi daerah setempat antara 3-5 Maret 2008, katanya.
Warga berbondong-bondong ikut ambil bagian dalam kegiatan melasti sambil membawa sesaji dan peralatan suci, diiringi alunan musik tradisional Bali (gamelan) yang bertalu-talu.
Selesai Melasti dilanjutkan dengan melaksanakan upacara "Tawur Kesanga" pada hari kamis(6/3), sehari menjelang Nyepi, dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat rumah tangga, dusun, Desa adat, Kecamatan, kabupaten/kota hingga tingkat Propinsi Bali.
Kegiatan bermakna meningkatkan hubungan yang lebih serasi dan harmonis antara sesama umat manusia, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.
Tawur Kesanga yang berakhir pada petang hari itu dilanjutkan dengan "Ngerupuk" yang bermakna menetralkan semua kekuatan dan pengaruh negatif "bhutakala" dengan harapan alam semesta tentram, damai dan harmonis.
Malam harinya dilanjutkan dengan arak-arakan ogoh-ogoh, yakni boneka berukuran besar menyerupai raksasa dengan wajah menyeramkan, diarak keliling banjar dan desa adat.
Semua itu dapat diliput secara lengkap dan baik televisi luar negeri, tanpa mengganggu kegiatan ritual yang digelar umat Hindu setempat. Sedangkan pada hari suci Nyepi di mana seluruh umat Hindu akan mengunci pintu rumahnya, dapat diliput kameramen dari hotel tempatnya menginap.
"Kalau ingin merekam suasana Bali yang hening secara keseluruhan, sebaiknya stasiun televisi luar negeri itu memanfaatkan banyak petugas dan kamera, saat nyepi menginap secara terpencar," ujar Nurjaya.
Belasan wartawan media elektronik asing itu sudah dikoordinasikan dengan Ketua Majelis Desa Pekraman (MDP) Bali AA Arnawa.
Peliputan tersebut dilakukan terkait dengan ajakan masyarakat Bali kepada dunia untuk secara bersama-sama melakukan "Berata Penyepian" pada hari suci tersebut.
Ajakan atau seruan tentang itu dilakukan delegasi dari Bali pada konferensi PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC) yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, awal Desember 2007.
Menurut delegasi dari Bali, dengan melakukan "Berata Penyepian" dalam sehari saja, akan dapat ditekan tingkat pencemaran karbon dalam jumlah yang sangat besar pada atmosfer bumi.
Arnawa mengatakan, meski "Berata Penyepian" merupakan ajaran Hindu, namun masyarakat Bali tidak ingin meng-Hindu-kan dunia, melainkan ingin mengajak dunia dapat melakukan model kearifan lokal yang dapat diterapkan untuk menekan pencemaran karbon di atmosfer bumi.
Mengenai aktivitas jurnalis asing nantinya, Arnawa mengatakan bahwa pihaknya tidak keberatan selama mereka dapat mematuhi dan tidak mengganggu jalannya "Berata Penyepian" yang dilakukan umat Hindu.
Sumber: www.antara.co.id (28 Februari 2008)