Banda Aceh, NAD - 13 Organisasi Kebudayaan akan mengadakan Samadiyah (pembacaan doa) untuk Sultan Iskandar Muda dalam rangka Memperingati Haul Sultan Iskandar Muda ke 376 Tahun (1636-2012). Acara ini dilaksanakan di Komplek Makam Sultan Iskandar Muda yang letaknya di antara Meuligoe Gubernur Aceh dan Museum Aceh, Peuniti, Banda Aceh pada 27 Desember 2012 bertepatan dengan 13 Safar 1434 H.
Tiga belas organisasi kebudayaan dan sejarah Aceh yang melaksanakan acara tersebut adalah ISKADA Aceh, Institut Peradaban Aceh (IPA), Pusat Kebudayaan Aceh Turki (PuKAT), Yayasan Bustanussalatin (YB), Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA), Lembaga Kajian Sejarah dan Peradaban Aceh (LKSPA), Central Information Samudra Pasai Heritage (CISAH), Balai Sastra Samudra Pasai (BSSP), Yayasan Pusaka Nanggroe (YPN), Lembaga Budaya Saman (LBS), Rumoh Manuskrip Aceh (RMA), Majelis Sastra Hamzah Fansuri (MSHF), Himpunan Mahasiswa Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala.
Ketua Panitia Pelaksana, Haekal Afifa, mengatakan, peringatan tersebut merupakan ke empat kalinya dilakukan. Kali ini, kata dia, diperingati secara bersama oleh 13 lembaga kebudayaan dan sejarah yang ada di Aceh umumnya khususnya yang ada di Banda Aceh.
“Acara ini untuk mendorong Pemerintah Aceh menjadikan Haul Sultan Iskandar Muda sebagai agenda tetap tahunan pemerintah. Pemerintah harus peduli dengan nilai-nilai sejarah dan budaya di Aceh. Inilah hal yang membedakan bangsa-bangsa yang biadab dan beradab, bagaimana seharusnya kita memperlakukan orang-orang besar yang berjasa bagi Aceh. Inilah ciri dari bangsa-bangsa berperadaban,” kata Haekal pada rapat panitia di balai Museum Aceh, Jumat (21/12/2012)
Haekal meminta Pemerintah Aceh supaya menjadikan tanggal 26 dan 27 Desember sebagai Hari Libur Aceh (Hari Berkabung Aceh). Hal tersebut, menurutnya, harus diatur dalam kebijakan pemerintah sebagai penghormatan kepada Korban Tsunami dan Sultan Aceh Darussalam yang diakui kehebatannya oleh dunia. “ini harus dilakukan” tegas Haekal yang juga pendiri Institut Peradaban Aceh.
Sultan Iskandar Muda telah berhasil menyatukan seluruh wilayah semenanjung tanah Melayu di bawah panji kebesaran Kerajaan Aceh Darussalam. Dia juga telah berhasil menjalin hubungan diplomasi perdagangan dengan berbagai bangsa Asing, sehingga secara internasional Aceh tidak hanya dikenal sebagai sebuah Kerajaan yang sangat kaya dengan berbagai sumber daya alamnya, tetapi kekayaan itu benar-benar dapat dinikmati secara bersama oleh rakyatnya.
Sumber: http://www.theglobejournal.com