Padangpanjang, Sumbar - Seminar Internasional Festival Seni Melayu Asia Tenggara sebagai salah satu upaya menggali, memetakan dan mendefinisikan Melayu, hari ini digelar di Aula DPRD Padangpanjang selama 28-29 November.
Rangkaian kegiatan Sea MAF 2012 yang menghadirkan 10 pakar-pakar seni dan kebudayaan, serta sejarawan terkemuka itu akan mengupas Melayu dalam ruang lingkup sesungguhnya. Sebagai sebuah dunia Melayu dengan keberagaman etnis, budaya dan geografis yang dirajut berlatar belakang nilai-nilai kesamaan humanistik.
Ketua Seminar Febri Yudika menyebut seminar yang bertemakan Rediscovering the Treasures of Malay Culture ini, juga akan mendiskusikan keberagaman kehidupan seni budaya masyarakat Melayu dan politik identitasnya. Melalui kegiatan itu juga akan memperlihatkan sumbangan peradaban Melayu dalam dinamika kehidupan saat ini.
Seminar yang akan diikuti oleh 350 peserta dari kalangan akademisi, guru, mahasiswa berbagai daerah di Indonesia itu, disebutkan Febri bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan pusat perkembangan peradaban Melayu yang tersebar di wilayah daratan dan kepulauan sejumlah negara.
“Secara politis, bangsa Melayu nusantara pernah dipersatukan dua kerajaan besar Sriwijaya dan Majapahit oleh bahasa Melayu yang hingga kini menjadi bahasa pemersatu (lingua franca) berbagai suku bangsa wilayah Melayu,” tutur Febri yang juga dosen Pasca Sarjana di ISI Padangpanjang itu.
Dikatakannya, peradaban Melayu di kawasan Asia Tenggara sangat besar yang punya pengaruh penting dalam peradaban dunia. Namun saat ini wecana kemelayuan justru seringkali mengecilkan peran dan arti penting peradaban Melayu. Sejumlah pihak dikatakannya malah mengklaim sebagai pemilik syah kebudayaan Melayu.
“Persepsi tentang Melayu pun kemudian menjadi sangat lokal dan spesifik. Hal ini tentunya sangat merugikan dan memecah belah masyarakat, serta peradaban Melayu itu sendiri,” jelasnya.
Pelaksanaan seminar selama dua hari itu, Febri menjelaskan terbagi dalam empat sesion. Masing-masing dua sesion hari pertama (hari ini, red) menghadirkan sebagai nara sumber, Prof Margaret Kartomi (Pemetaan Kebudayaan Melayu), Prof Dr Henri Chambert Loir (Jejak Melayu dalam Manuskrip) dan Suryadi MA (Peran Sastra Melayu dalam Pembentukan Karakter Bangsa)
Sedangkan Seson ke dua, menghadirkan Prof Dr Azyumardi Azra (Pengungkapan Kekuatan Melayu sebagai Wilayah Kekuatan Politik Masa Lalu), Prof Dr Mahdi Bahar (Islam sebagai Landasan Ideal Kebudayaan Melayu) dan Prof Dr Abdul Latiff bin Abubakar (Kebudayaan Melayu Serumpun dalam Konteks Geo-culture)
Sementara sesion pertama hari kedua tampil Prof Dr Abdul Hadi WM (Estetika Seni Budaya Melayu), Prof Dr Yusmar Yusuf (Perkembangan Budaya Melayu Populer), Prof Dr Sri Hastanto dan Prof Dr I Wayan Rai (Pengaruh Kebudayaan Melayu dalam Pembentukan Seni Budaya Lokal Nusantara).
“Seminar akan diakhiri dengan diskusi panel dengan pembicara Call Paper yang merupakan hasil seleksi kelayakan makalahnya oleh panitia dan berasal dari berbagai kalangan,” pungkas Febri.
Sumber: http://padangekspres.co.id