Orasi budaya yang diselenggarakan Lembaga Seni Budaya Muslim (Lesbumi) PWNU DKI Jakarta bekerjasama dengan Dewan Kesenian Jakarta bertajuk “Membangun Karakter Indonesia Berbasis Sosio Kultural” berlangsung meriah.
Masuknya Budaya Asing ke Indonesia Mengakibatkan Budaya Negeri TertidurThaha Moh. Alhamid, Sekjen Presidium Dewan Papua memberikan pengantar sebelum orasi budaya dimulai. Ia mengatakan, memandang budaya bangsa harus dilihat dari budaya daerah. Budaya papua akan menjadi mama papua, budaya minang akan menjadi budaya minang dan begitupun budaya-budaya daerah lain. Kesemuanya merupakan kekayaan dan karakter bangsa yang tetap dijaga (tidak boleh diseragamkan-red).
Ia juga sempat membanyol, bahwa Jumhur dulu adalah sebagai aktifis pergerakan, tetapi sekarang menjadi pengusaha ekspor impor dalam sindiran toha, yakni ekspor TKI dan mendatangkan impor devisa, sontak ketawa dan tepuk tangan dari undangan.
“Budaya ini menjadi penting, karenanya negeri ini butuh sutradara-sutradara baru untuk membuat sekenario bangsa ini menjadi kemajuan baru dalam kehidupan bangsa dengan kerja keras dan keringat,” pungkasnya.
Moh. Jumhur Hidayat memulai orasinya dengan tari poco-poco terlebih dahulu didampingi beberapa panitia dan ini terlihat unik dalam pagelaran acaranya.
Jumhur mengatakan, masuknya budaya budaya asing yang masuk ke Indonesia saat sekarang mengakhibatkan budaya negeri menjadi tidur, sehingga jiwa menjadi kosong dan rentan dimasuki budaya asing. Oleh karena itu mari bersama-sama kita gelorakan budaya negeri ini agar tetap kuat. Karena kekayaan budaya kita adalah karakter bangsa dalam membangun negeri ini manjadi maju. Tentunya budaya yang dimaksud adalah budaya produktif.
Dikutip dari penggalan puisinya, ‘Aku tidak melarangmu menari salsa atau gangnam style, tetapi lincahkan dulu gerakan tarian poco-pocomu’. Kata logika, tarian itu bermakna, kita boleh menerima budaya modern asing, namun kuatkan budaya kita dulu dan jangan tercerabut dari akar budaya sendiri. Karena karakter budaya jenius atau adiluhung merupakan kekayaan yang harus dialirkan dan digelorahkan sehingga kita tidak kaget.
Dalam menguatkan karakter bangsa, Jumhur ada 3 langkah yang perlu dilakukan, yakni pertama langkah politik, hukum dan pendidikan.
Langkah politik, DPD harus menjadi lembaga yang bisa membuat kebijakan, yakni memasukan budaya daerah dalam aspirasi daerah. Menyalurkan aspirasi jenius (budaya adiluhung) sebagai aspirasi. Oleh karena itu peran dan fungsi DPD harus diperkuat.
Kedua, yakni langkah hukum, kita ketahui banyak hukum adat yang dinihilkan dalam undang-undang dan terjadi penyeragaman. Mulai sekarang kira harus berani membuka diri agar hukum adat masuk dalam konstitusi kita tentu dengan menyeleksi dan tidak bertentangan juga dengan konstitusi kita.
Dan yang terakhir merupakan langkah pendidikan. Tidak ada alasan lagi pendidilkan timpang antar daerah. Pendidikan harus merata diseluh daerah, sehingga peningkatan sumber daya manusia menjadi basis perubahan.
Kesemuanya itu harus didorong dengan dana, yang artinya bukan bagi-bagi duit, tetapi diisi dengan kreatifitas daya dan menggali potensi yang inofasi dari seluruh daerah sehingga bangsa ini menjadi besar, tegasnya.@Yuanto
Sumber : http://www.lensaindonesia.com/2012/12/24/masuknya-budaya-asing-ke-indonesia-mengakibatkan-budaya-negeri-tertidur.html