Solo – Sejumlah mahasiswa asing penerima Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2013 belajar kesenian dan budaya di Kota Solo. Ditunjuknya Kota Solo sebagai salah satu pusat pengajaran budaya Jawa tersebut sudah ke-enam kalinya sejak diadakan program dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) tahun 2008. Tercatat, sedikitnya 449 peserta dari 51 negara telah mendapat kesempatan tersebut sejak dimulainya program BSBI tahun 2003 yang lalu.
Tak hanya Solo, sejumlah kota lain juga menjadi tempat untuk menimba ilmu tentang kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia, yakni Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makassar dan Bali.
“Tahun ini sekitar 70 peseta yang mendapat kesempatan belajar di Indonesia. Untuk Kota Solo kami menempatkan 12 orang mahasiswa asing yang nantinya akan belajar kesenian di Manungkenagaran,” papar Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Sosial Budaya Direktorat Diplomasi Publik Kemenlu, Azis Nurwahyudi saat ditemui wartawan, di Pura Mangkunegara, Rabu (12/6).
Diungkapkan, dari 70 peserta disebar ke masing-masing daerah yang telah ditunjuk. Hanya Kota Yogyakarta yang mendapatkan jatah 10 peserta, sedangkan kota lainya masing-masing 12.
“Selama tiga bulan ke depan para peserta akan belajar tentang kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia. Untuk di Solo sendiri, kita mempercayakan kepada Sanggar Soerya Soemirat untuk membekali mereka tentang budaya Jawa,” ungkapnya.
Setelah tiga bulan, lanjut Azis, nantinya mereka akan menunjukkan hasil pembelajaran mereka dengan menggelar pertunjukan yang akan dipentaskan di Kota Surabaya.
“Kalau dulu digelar di Kota Solo, sekarang ganti Kota Surabaya. Dan tiap tahun akan bergulir terus sesuai dengan tempat-tempat yang dijadikan tempat belajar bagi mereka,” urainya.
Sementara itu, GPH Poundrakarna Sukma Putra mengatakan, materi yang akan diberikan nanti secara keseluruhan merupakan kesenian khas Kota Solo, seperti tarian, gamelan, nembang, cara membatik dan lainnya.
“Selain itu kami juga akan memberikan materi tentang sopan santun yang biasa dilakukan Wong Solo selama ini,” ujarnya.
Ditambahkan, dalam mengajarkan kebudayaan tersebut, pihaknya lebih mengedepankan rasa kekeluargaan dibanding hubungan antara guru dan murid. Dan selama ini dengan cara tersebut, mereka berhasil menguasai kesenian dan kebudayaan Jawa.
“Selama ini yang sudah-sudah, kami mengedepankan rasa kekeluargaan,” kata Poundrakarna.
Sumber :http://www.timlo.net/baca/74432/belajar-budaya-di-solo-mahasiswa-asing-diajari-sopan-santun/