Kukar, Kaltim - Stadion Rondong Demang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Minggu siang, 20 Agustus 2016 tampak padat dipenuhi pengunjung. Mereka menantikan pembakaran brong (obor) sebagai tanda dibukanya Erau International Folklore and Art.
Tak hanya penduduk serta wisatawan lokal dan mancanegara, pembukaan kegiatan budaya bertaraf internasional ini juga dihadiri sejumlah pejabat. Ada Direktur Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Profesor Endang Caturwati, Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak, Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari, sejumlah duta besar negara sahabat, hingga raja dan sultan dari berbagai kerajaan di Indonesia.
Prosesi pembukaan festival diawali dengan pertunjukan tarian tradisional dari sembilan negara peserta yakni Estonia, Polandia, Rumania, Bulgaria, Lithuania, Kanada, Rusia, Amerika Serikat, dan Taiwan. Tarian tradisional Kutai Kartanegara juga tampil menghibur rakyat.
Sebelum seremoni menyalakan brong, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martaadipura melaksakan kegiatan mendirikan Tiang Ayu sebagai tanda dimulainya rangkaian kegiatan Festival Erau.
Rita Widyasari mengatakan festival Erau kali ini merupakan yang keempat kalinya dilakukan bersamaan dengan kegiatan International Folklore and Art Festival. "Ini menandakan gairah untuk menghidupkan kesenian tradisional sangat tinggi," katanya.
Menurut Rita, Festival Erau kali ini cukup meriah dengan hadirnya sembilan negara yang mengirimkan 218 orang delegasi. Jumlah partisipan dari Kutai Kartanegara juga cukup banyak, bahkan meningkat dua kali lipat.
Kegiatan yang dilaksanakan hingga 28 Agustus 2016 ini juga dimeriahkan grup kesenian dari berbagai kabupaten di Indonesia. Termasuk Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Buton.
Rita menambahkan, kegiatan yang melibatkan rakyat banyak tetap mendominasi acara. Salah satu yang dinanti adalah acara makan bersama yang dapat dihadiri seluruh rakyat maupun wisatawan di Kutai Kartanegara.
Makan bersama ini dilakukan di area sepanjang 1 kilometer dan merupakan kegiatan adat yang sudah dilakukan sejak berabad silam. Dulu, ketika berkunjung ke daerah, konon Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sering melakukan aktivitas tersebut. "Duduk sejajar, makan bersama. Artinya, sebagai raja maupun pejabat daerah, harus mau untuk duduk sejajar dengan rakyat, melayani rakyat, dan mencintai rakyat," ujar Rita menuturkan.
Lokasi penyelenggaraan festival dipusatkan di tepian Sungai Mahakam, tepatnya di Jalan K.H. Ahmad Muksin. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain, kirab budaya, lomba perahu tradisional gubang lunas, berbagai olahraga tradisional, festival seni tradisi Kutai, pertunjukan dari berbagai negera peserta, festival kuliner, hingga upacara adat Dayak Kenyah di Pulau Kumala. Prosesi kegiatan diakhiri dengan acara Mengulur Naga dan merebahkan Tiang Ayu di Ketaron Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Sumber: https://m.tempo.co