JAKARTA - Praktek korupsi masih mendapatkan tempat untuk tumbuh subur di negeri ini. Setidaknya hal itu terbukti dari analisis yang dilakukan Indonesian Corruption Watch (ICW), yang menyebutkan pada tahun 2006, ada peningkatan kasus korupsi yang berhasil diungkap, yakni sebanyak 166 kasus.
Angka tersebut merupakan peningkatan di banding tahun-tahun sebelumnya, yang hanya sebanyak 153 kasus pada tahun 2004, dan 125 kasus di tahun 2005. Demikian diungkapkan Wakil Koordinator ICW, Danang Widoyoko, di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (24/1/2007).
Dari 166 kasus yang terungkap pada tahun 2006, tercatat negara mengalami kerugian sebesar Rp14,4 triliun, meningkat dibanding dua tahun sebelumnya. Korupsi terbesar, ungkap Danang, terjadi di sektor pemerintahan, disusul sektor perhubungan dan transportasi pada urutan kedua, perumahan dan pertanahan di urutan ketiga, dan pada penyelenggaraan pemilu dan pilkada di urutan keempat.
Korupsi di tubuh pemerintahan, jelas Danang, terjadi tidak hanya di pusat, namun juga mengakar hingga ke daerah-daerah. Fakta ini menunjukkan anggaran pemerintah masih rawan dihinggapi praktek korupsi. "Untuk lembaga yang dianggap paling banyak terjadi korupsi adalah eksekutif, disusul BUMN dan BUMD, dan terakhir DPRD," bebernya.
Dia juga mengaku heran dengan terjadinya korupsi dalam penyelenggaraan pemilu dan pilkada. Padahal penyelenggaraan pesta demokrasi itu berlangsung setiap lima tahun sekali.
Adapun berdasarkan modusnya, cara yang paling sering digunakan adalah dengan melakukan pembengkakan anggaran (mark up), penyimpangan anggaran, maupun penggelapan atau penyunatan anggaran. "Ini paling banyak dilakukan oleh birokrasi," tandas dia.
Sementara berdasarkan lokasinya, praktek korupsi banyak terjadi di Ibu Kota, disusul Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Untuk meminimalisir terjadinya praktek ini, ICW mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan Agung melakukan supervisi dan monitoring. "Agar efektif, maka harus ada daerah yang menjadi prioritas," cetus dia. (jri)
Sumber: okezone.com 24 Januari 2007