33 Desa di Ende Diusulkan Sebagai Desa Wisata

Ende, NTT - Sebanyak 33 desa di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur diusulkan ke departemen kebudayaan dan pariwisata sebagai desa wisata tahun 2010. Pengusulan itu guna mendapatkan dana hibah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Bidang Pariwisata.

"Dari pendataan 33 desa yang layak diusulkan sebagai desa wisata. Selain dari aspek kebudayaan dan masyarakat desa siap, infrastruktur juga memadai, artinya mudah diakses," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende Anna Anny Labina, Jumat (2/10), di Ende.

Sementara tahun 2009 di Ende baru 2 desa, yakni Pemo dan Koanara , di Kecamatan Kelimutu yang telah ditetapkan sebagai desa wisata. Tiap desa itu mendapatkan dana sekitar Rp 60 juta.

Menurut Anna, dari 33 desa yang diusulkan berada dalam dua daerah tujuan wisata (DTW), yakni DTW I di kawasan kota, yang meliputi Kecamatan Ende, Ende Tengah, Ende Timur, Ende Utara, dan Ende Selatan.

Sejumlah obyek wisata di DTW I antara lain situs Bung Karno, kawasan perajin pandai besi, kawasan budidaya singkong Nuabosi, serta keindahan pantai. Sementara obyek wisata lingkup DTW II adalah di luar kawasan kota , antara lain Danau Triwarna Kelimutu, pemandian air panas di Kecamatan Detusoko, keindahan air terjun, serta desa-desa lain sebagai kawasan penyangga yang memiliki keunikan kerajinan kain tenun ikat tradisional, rumah adat masa megalitikum, serta kawasan budidaya hortikultura.

Lewat PNPM Mandiri Bidang Pariwisata diharapkan dari desa-desa penyangga obyek wisata utama itu benar-benar dapat menerapkan unsur satpa pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan penuh kenangan) atau siap sebagai desa sadar wisata yang dapat memberikan layanan prima di bidang pariwisata.

"Diharapkan lewat program ini dapat dilakukan percepatan pada beberapa desa untuk menjadi desa sadar wisata. Paling tidak pemberdayaan masyarakat desa di bidang pariwisata ini dapat berjalan selama 5 tahun," ujarnya.

Secara terpisah pengamat pariwisata di Ende, Djamal Alhadad menyatakan, sebaiknya untuk desa wisata yang diajukan tidak terlalu banyak jumlahnya.

"Lebih baik secara bertahap agar lebih fokus penanganannya. Jangan sampai ketika nanti disurvei tim dari pusat ternyata desa yang siap jumlahnya tidak mencapai sebagiamana yang diusulkan," kata Djamal.

-

Arsip Blog

Recent Posts