Batam, kepulauan Riau - Sebagai persiapan menyambut Visit Batam Year 2010, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam semakin memperluas travel map-nya. Baru-baru ini Disbudpar menetapkan makam Nong Isa di Nongsa menjadi obyek wisata sejarah dan ziarah. ”Kawasan ini sudah kami tetapkan sebagai salah satu situs sejarah di Kota Batam. Nantinya akan kami kembangkan menjadi obyek wisata sejarah dalam Visit Batam 2010,” kata Kepala Disbudpar Kota Batam, Guntur Sakti.
Menurut Guntur, beberapa waktu lalu Pemko Batam telah memugar makam Nong Isa beserta para zuriyat (kerabat) di kawasan Pantai Melayu, Nongsa. Selain itu, Pemko Batam juga telah memperbaiki akses jalan menuju lokasi makam. Desember mendatang, Pemko Batam melalui Disbudpar juga akan kembali melakukan perbaikan bangunan makam. Mulai dari plafon di bangunan utama, lantai dan semenisasi tangga menuju makam. Kata Guntur, pemugaran dan pengembangan kawasan makam ini akan dilakukan secara terintegrasi dengan potensi wisata yang ada di sekitarnya. Mulai dari pantai, restoran dan lain sebagainya.
”Selain berziarah, para pengunjung nantinya bisa menikmati objek-objek wisata di sekitarnya,” kata Guntur.
Seperti diketahui, Nong Isa atau Raja Isa ibni Raja Ali pernah diberi kuasa sebagai pemegang perintah atas Nongsa dan rantau sekitarnya (termasuk wilayah Batam) yang dikeluarkan oleh Comisaries Jendral sekaligus Residen Riouw atas nama Sultan Abdulrahman Syah Lingga-Riau (1812 – 1832) dan Yang Dipertuan Muda Riau VI Raja Jakfar (1808 – 1832) yang ditemukan dalam koleksi Arsip Riouw di Arsip Nasional Jakarta. Waktu itu, saya dan sejarahwan Aswandi Syahri diperintahkan Bapak Walikota Batam Ahmad Dahlan ke Jakarta untuk melacak berbagai sumber sempena seminar hari jadi Kota Batam. Surat tersebut bertanggal 22 Jumadil Akhir 1245 Hijriah bertepatan dengan 18 Desember 1829 Masehi.
Dalam seminar dan diskusi panel yang baru saja kami ikuti dari pagi hingga siang, momentum tersebut mengemuka sebagai opsi utama dalam penetapan hari jadi Kota Batam. Bila tanggal 18 Desember 1829 dijadikan hari jadi Kota Batam, karena tanggal keluarnya surat tersebut merupakan sebuah momentum penting dalam sejarah: inilah awal pemerintahan di Batam. Maka pada tahun 2009, Kota Batam berusia 180 tahun. Dengan dikukuhkannya Raja Isa ibni Raja Ali sebagai pemegang kuasa atas Nongsa dan rantau sekitarnya, pemerintahan mulai tertata, masyarakat terus bertambah, pemukiman, kampung, dusun dan perkebunan juga berkembang, sehingga Nongsa khususnya dan kepulauan Batam umumnya kian ramai.
Setelah Raja Isa ibni Raja Ali wafat pada tahun 1831 wilayah administrasi pemerintahan atas Nongsa dan rantaunya terus berkembang lebih maju dengan batasan-batasan yang lebih jelas dan mencakup seluruh kawasan kepulauan Batam (Battam Archipel) sebagaimana catatan J.G. Schot. Hingga tahun 1882, kawasan kepulauan Batam telah terbentuk menjadi tiga bagian yang masing-masing memiliki pemerintahan terpisah dalam wilayah administrasi yang disebut Wakilschap, namun tetap di bawah kendali Yang Dipertuan Muda Riau X Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi.
Sumber: http://batampos.co.id