Anak Perlu Bermain dan Berwisata

Jakarta - Berwisata dapat membuat anak bergembira saat menikmati sesuatu yang baru. Hal ini penting untuk perkembangan jiwa dan edukasi anak. Dalam berwisata selalu ada nilai-nilai pendidikan yang bisa didapat seorang anak.

"Salah satu hak dasar anak untuk tumbuh dan berkembang adalah dengan bermain, rekreasi, berwisata, dan bergembira," kata psikolog anak sekaligus Ketua Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi kepada Kompas.com, Minggu (20/3/2011). Pria yang akrab dengan panggilan "Kak Seto" menuturkan berwisata bisa menjadi ajang mengenal daerah baru sampai belajar tentang alam dan budaya.

Kak Seto mengatakan pemilihan tempat untuk berwisata hendaknya melibatkan partisipasi anak. Selain itu, perlu juga pertimbangan jarak ke tempat wisata yang disesuaikan dengan usia dan ketahanan anak menempuh perjalanan. Menurutnya, pertimbangan lain adalah pemilihan tempat wisata perlu ada unsur pembelajaran.

"Selama masih ada yang bisa dipelajari, mal pun bisa saja. Karena sekarang sudah banyak tempat pendidikan dan tempat penitipan anak di mal. Bisa juga misalnya ada restoran yang menjual minuman tradisional, anak jadi belajar mengenal kuliner. Yang penting ada sesuatu yang bisa didiskusikan dan dievaluasi," jelasnya. Selain itu, museum dan berwisata ke alam seperti gunung atau taman bisa menjadi sarana edukasi anak.

Karena itu, berwisata, menurut Kak Seto, selain untuk mendapatkan suasana gembira juga mengembangkan kreativitas anak. Anak pun akan belajar sesuatu yang baru. "Jadi anak tidak hanya belajar dari sekolah. Belajar dengan cara mengasyikkan," katanya.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Produk Pariwisata Kemenbudpar, Achyaruddin. Ia menuturkan anak perlu berwisata untuk berekreasi dan juga belajar. Wisata, lanjutnya, dapat membangun kepribadian anak.

"Karena itu kami di Kemenbudpar lagi membuat pola perjalanan wisata special interest, yaitu wisata untuk kepentingan usia-usia dini. Kami lagi siapkan paket untuk anak-anak," jelasnya.

Kemenbudpar membidik pola wisata untuk anak yang dapat mengembangkan kreativitas anak untuk mandiri. "Mulai dari outbond, pusat pembelajaran seperti TMII, Boscha, sampai museum," ungkapnya. Paket yang dipersiapkan untuk anak sejak usia dini yaitu mulai dari usia tiga tahun.

Ia mengatakan saat berwisata anak dapat paham seperti apakah pariwisata itu, mulai dari mengenal pelayanan sampai pemahaman mengenai objek wisata. Tak hanya itu, wisata juga harus bisa menggugah perasaan anak. Karena itu, lanjutnya, tempat wisata harus bisa memberikan pembelajaran dan dapat membangun cita-cita si anak.

"Misalnya si anak dibawa ke Lapan Dirgantara Bandung, bisa jadi si anak malah bercita-cita jadi pilot. Jadi wisata harus bisa menggugah perasaan dan membentuk cita-cita. Kalau sekolah saja hanya dapat ilmunya, kalau dia lihat langsung bisa membentuk cita-cita mereka," katanya.

Achyaruddin menambahkan pola perjalanan wisata anak bukan hanya sekedar untuk jalan-jalan saja tapi harus mampu mengenalkan pariwisata dan edukasi.

Saat ini anak-anak sekolah dasar sibuk menghadapi ujian. Tak ada salahnya sebagai orang tua mulai mempersiapkan tujuan wisata untuk mengisi liburan setelah masa ujian selesai. Karena itu, Kompas.com menyiapkan beberapa artikel mengenai wisata anak yang bisa Anda baca di Travel Story, Food Story, dan Tips. Anda bisa membacanya mulai Senin (21/3/2011) ini.

-

Arsip Blog

Recent Posts