Budaya Batak Pukau Ribuan Penonton TMII

Balige, Sumut – Pagelaran kesenian Batak pada “Malam Pesona Budaya” memukau ribuan pengunjung yang memadati Gedung Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah saat perayaan ulang tahun TMII ke-37 di Jakarta.

“Pertunjukan seni budaya yang dipentaskan Yayasan Pusuk Buhit Sakti dari Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) Sumatera Utara tersebut berhasil mengundang gemuruh serta memukau ribuan pengunjung di TMII pada Jumat (27/4) malam,” ujar Kabag Humas dan Protokol Pemkab Tobasa Elisber Tambunan di Balige, hari ini.

Juru bicara Pemkab Tobasa itu menyebutkan, pementasan Tari Tortor dan opera yang mengisahkan peristiwa kelahiran pahlawan nasional dari tanah Batak Raja Singamangaraja XII itu dinilai cukup sukses dan berhasil.

Sebab, kata dia, terbukti dengan padatnya pengunjung menyesaki gedung berkapasitas seribu orang di Sasono Langen Budoyo tersebut sehingga harus memasang layar monitor lebar di luar bangunan, di Kelurahan Ceger Cipayung Jakarta Timur.

Ia menjelaskan, pagelaran yang diselenggarakan dalam rangka mempromosikan potensi pariwisata Kabupaten Tobasa itu diawali persembahan “tortor somba” menyambut para tamu antara lain Sekdaprov Sumut, Nurdin Lubis mewakili Gubernur Sumut dan Direktur Operasional TMII, Ade F Meliala.

Selain itu, sejumlah duta besar dari negara sahabat antara lain Dubes Ekuador, Kuba, Tunisia, Bosnia, Yaman dan Rusia serta Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan.

“Para penari dari sanggar seni Yayasan Pusuk Buhit menyambut tamu-tamu kehormatan dengan tortor somba sambil menyerahkan tandok (tempat hantaran beras) kepada Nurdin Lubis dan Ade F Meliala mewakili undangan,” ujar Elisber.

Selanjutnya, 40 personel sanggar seni tersebut mempertunjukan Tari “Sipitu Sawan” (tujuh cawan) berisi air untuk “manguras” bermakna pembersihan jiwa dan raga dirangkaikan dengan tortor “lima serangkai” mewakili gambaran lima puak Batak, yakni Toba, Karo, Simalungun, Dairi dan Mandailing.

Kemudian, kata dia, tari legendaris Sigale-gale yang merupakan kisah zaman dulu tentang seorang Raja yang hanya mempunyai seorang anak sebagai pewaris tahta kerajaan, tapi anak tersebut tiba-tiba sakit dan meninggal dunia.

Akibat kesedihannya, Raja memerintahkan tukang ukir terbaik membuat patung boneka kayu mirip wajah anaknya yang meninggal. Setelah itu, Datu Bolon (dukun sakti) diperintahkan menghidupkan patung layaknya manusia dan disuruh menari di halaman kerajaan, kini dikenal sebagai Sigale-gale.

Elisber menyebutkan, penghujung acara ditutup dengan pementasan kisah kelahiran Raja Singamangaraja XII yang dulunya bernama Raja Sipitu Malim yang memiliki fisik satu badan dengan tujuh buah kepala hidup bersama istrinya Boru Porti Bulan dan sangat merindukan lahirnya seorang putra di keluarganya.

Dalam pementasan tersebut, peristiwa lahirnya pahlawan nasional itu ditandai dengan gemuruh petir yang mengelegar sebanyak tujuh kali disertai angin puting beliung dengan tata panggung yang diperkaya “sound effect” bagus sehingga memang benar-benar memukau.

Pagelaran yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama Yayasan Pusuk Buhit itu merupakan salah satu upaya dalam menarik minat para investor untuk menanamkan investasinya dalam sektor industri wisata di kawasan Tobasa.

“Melalui pagelaran tersebut, potensi pariwisata dari kabupaten ini diharapkan dapat lebih dikenal di tingkat nasional bahkan hingga ke kancah internasional,” ujar Elisber.

-

Arsip Blog

Recent Posts