Banyuwangi, Jatim - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Festival Batik pada Kamis hingga Sabtu, 26-28 September 2013. Festival tersebut terdiri dari kegiatan pameran batik, parade fashion, lomba cipta desain batik, hingga lomba mewarnai batik.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, festival ini mengangkat tema "Batik Gajah Uling" yang diyakini sebagai motif batik tertua. Pemkab Banyuwangi akan membawa para peminat batik, desainer, industri fashion nasional, dan wisatawan untuk menyelami kekayaan batik di daerahnya.
"Festival batik adalah wahana untuk melestarikan warisan budaya sekaligus menumbuhkan geliat usaha," kata Bupati Anas dalam rilisnya yang diterima Tempo, Rabu, 25 September 2013.
Batik khas Banyuwangi saat ini mencapai 22 motif, tergolong motif batik pesisiran yang banyak mengambil tema alam. Motif-motif tersebut antara lain Gajah Uling, Kangkung Setingkes, Paras Gempal, Alas Kobong, Kopi Pecah, Gedegan, Ukel, Moto Pitik, Sekar Jagad, Gringsing, Semanggian, Garuda, Cendrawasih, dan Latar Putih.
Peragaan busana oleh 100 peragawati akan menjadi puncak acara pada Sabtu, 28 September, pukul 19.00 WIB, di Gedung Kesenian dan Budaya (Gesibu), Banyuwangi. Para peragawati itu akan berlenggak-lenggok di atas catwalk dengan mengenakan busana batik khas kabupaten di ujung timur Jawa ini.
Bupati Anas optimistis Festival Batik ini bisa mengangkat pamor batik Banyuwangi yang selama ini belum terlalu dikenal. Selain itu, dia berharap tercipta kemitraan antara perajin batik di tingkat lokal dan industri di tingkat nasional.
Pemilik Sanggar Batik Sritanjung, Ety Dzurryati, antusias menyambut Festival Batik yang baru pertama digelar di daerahnya. Menurut dia, festival ini menjadi momentum untuk mempromosikan batik Banyuwangi ke tingkat nasional. "Kami sangat mendukung program ini," kata Ety, yang mewarisi sanggar batik dari orang tuanya sejak 1982.
Ety telah menyiapkan beberapa desain baju yang akan diperagakan oleh model saat parade busana. Mendesain ini pun menjadi pengalaman pertama baginya karena selama ini produk batiknya baru sebatas kain.
Penjualan Batik Sritanjung, kata dia, selama ini fluktuatif. Dia hanya mengandalkan penjualan secara online dengan omzet rata-rata Rp 10 juta per bulan. Dia pun berharap festival tersebut bisa melambungkan penjualannya.
Sumber: http://www.tempo.co