Tanjung Pinang, Kepri - Budaya Melayu adalah budaya yang sudah sejak lama menjadi unsur dominan dalam budaya Indonesia.
Salah satunya adalah Gurindam XII yang merupakan karya besar yang mengabadikan nilai-nilai dan ajaran luhur yang tidak lekang dengan perjalanan waktu.
Bahkan, sastra Melayu di tangan pujangga masyhur Raja Ali Haji, mempunyai pengaruh sangat luas pada kesusasteraan bangsa kita. Tetapi, dalam pandangan Wakil Presiden Boediono, sumbangan budaya Melayu yang paling nyata dan akan tetap abadi adalah konsensus kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita.
"Bahasa pemersatu bangsa, bahasa yang berasal, berinduk dan berkembang dari bahasa Melayu," ujar Wakil Presiden Boediono pada pembukaan Festival Tamadun Melayu Ke-1 Tahun 2013 di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Jumat (27/9/2013).
Wapres yang hadir bersama Ibu Herawati Boediono menambahkan bahwa sumbangan budaya Melayu pada Bahasa Indonesia akan selalu dikenang, dijunjung tinggi dan dinikmati manfaatnya oleh setiap generasi bangsa kita sepanjang masa.
Saat menyampaikan sambutan, Wapres Boediono mengenakan pakaian adat Melayu. Seakan tersihir oleh busana yang dikenakannya, Wapres memulai sambutannya dengan membacakan pantun.
Sirih dilipat dicampur pinang,
Sirih dibawa dari Melaka,
Balas kata selamat datang,
Dengan Bismillah pembuka kata,
Pergi ke rimba cari tekukur,
Kaki melangkah terhadang kayu,
Hamba bahagia serta bersyukur,
Di tengah Pemuka Adat Melayu
"Saya memberanikan diri untuk berpantun di hadapan hadirin sekalian, karena saya tahu bahwa Kota Tanjungpinang ini dikenal sebagai Kota Gurindam dan Negeri Pantun," ucap Wapres Boediono usai membaca pantun.
Ia menyambut baik pelaksanaan Festival Tamadun Melayu ke-1, yang mengambil tema "Kebesaran Sejarah dan Tamadun Melayu" yang dilaksaksanakan untuk menyambut dan memeriahkan Hari Jadi Ke-11 Provinsi Kepulauan Riau.
Wapres berharap perhelatan Tamadun Melayu ke-1 dapat menjadi forum untuk memperkenalkan kebesaran sejarah dan tamadun Alam Melayu kepada generasi muda untuk memperkuat ketahanan budaya kita di tengah arus deras globalisasi.
"Festival ini juga dimaksudkan sebagai ajang bagi para seniman, budayawan dan sejarawan untuk menggali, melestarikan, berkreasi dan mengembangkan kekayaan khazanah kebudayaan Melayu sesuai tuntutan zaman," ucap Wapres.
Ia juga mengingatkan bahwa Kepulauan Riau memiliki sejarah tersendiri. "Terutama pada masa Kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang, Kepulauan Riau adalah pusat peradaban Melayu bagi negeri-negeri Melayu serumpun," ucap Wapres.
Seperti saat memulai sambutannya, Wapres pun menutup sambutan dan sekaligus membuka festival dengan membacakan pantun.
Bersama kita memotong padi,
Panen dibawa ke Pulau Sumatera,
Hamba berucap Selamat Hari Jadi,
Masyarakat Kepri pasti makin sejahtera
Kepulauan Riau tempat bermukim,
Tanah Melayu hendak dicita,
Dengan mengucap Bismillahirrahmanirahim,
Festival Tamadun Melayu resmi dibuka
Gubernur Kepulauan Riau, Drs H Muhammad Sani menyampaikan bahwa dalam masyarakat Kepulauan Riau tantangan besar yang dihadapi adalah alam.
"Kami harus merangkai alam. Dan kami harus tetap merajut kapal agar dapat merapat ke dermaga impian yang bernama kesejahteraan. Kami memiliki tanggung jawab yang kuat untuk trus menjaga NKRI," ujar Sani.
Usai menyampaikan sambutan, Wapres bersama Ibu Herawati Boediono, Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menyaksikan pawai budaya yang diikuti 30 kontingen yang berasal dari 14 provinsi dan Malaysia, Thailand, Brunei, dan Singapura.
Kontingen dari Malaysia hadir dengan 5 negara bagian, dan terkecil adalah dari Thailand hadir dengan satu orang saja. Khusus utusan Thailand ini sempat menjadi perhatian serius wapres beserta istri.
Ketika MC membacakan utusan Thailand, hadirin ingin melihat aktrasi seni dari mereka, tapi karena satu orang, maka semua hadiri terkejut dan tertawa. Bahkan, Wapres dan istri tertawa ketika MC menyebutkan cuma satu orang saja.
"Oh cuma seorang saje, tapi tak apa, kita lihat semangatnya, untuk kebersamaan dalam dunia Melayu," papar MC mengkomentari.
Puncak dari pembukaan Tamadun adalah pawai peserta dari masing-masing daerah. Kontingen terbesar dari Batam, Bintan dan juga Tanjungpinang.
Kontingen provinsi berasal dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Barat.
Penutupan pawai sendiri adalah hadirnya kapal Raja Fisabililah dalam teaterikal perjuangan Melayu zaman penjajahan.
Sumber: http://batam.tribunnews.com