Medan, Sumatra Utara - Ekskavasi Benteng Putri Hijau di Deli Tua Kecamatan Namorambe, Deli Serdang, selama 21 hari, semakin memastikan bahwa benteng itu adalah buatan manusia. Kesimpulan ini jauh lebih utama dan lebih penting serta makin menguatkan keberadaan benteng tidak terjadi dengan sendirinya atau bukan karena faktor alam. Sejarawan Sumut, Dr Phil Ichwan Azhari MS mengungkapkan hal itu di Medan, Sabtu (30/5).
“Keyakinan bahwa benteng itu buatan manusia jauh lebih penting. Dan hal ini dibuktikan dari lapisan tanah paling atas benteng lebih tua dan semakin dalam semakin muda, tidak sebagaimana lazimnya struktur tanah makin ke dalam semakin tua,” ucapnya. “Begitu juga dengan temuan pecahan keramik, semakin atas makin tua, menunjukkan dulu terjadi penimbunan tanah. Dan ahli Geomorfologis mengakuinya,” jelas Ichwan Azhari yang juga Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan ini.
Kemudian bukti sejarah dalam sebuah buku yang ditulis tahun 1823 dan diterbitkan tahun 1826 menjelaskan, Anderson datang ke benteng ini dan bertemu dengan orang Karo yang menyampaikan bahwa ada benteng yang dibangun oleh Rajah bernama Putri Hijau. Kisah ini selanjutnya dilegendakan sehingga ada tiga versi cerita tentang Putri Hijau, yaitu dari suku Karo, Aceh dan Melayu, ungkap Ichwan.
Diakui Ichwan, penggalian yang telah dilakukan selama tiga pekan di lokasi benteng yang saat ini sedang dibangun perumahan relatif “kurus” dari temuan patung, meriam dan benda peninggalan sejarah lainnya.
Spektakuler
Tapi harus diingat semakin memastikan Benteng Putri Hijau sebagai temuan sejarah paling spektakuler, karena merupakan rekayasa cerdas manusia ketika itu, jelasnya. “Keberadaannya juga akan menguak lebih jauh kejayaan Kerajaan Aru, Benteng Putri Hijau, Kota Cina dan Kota Rentang. Kejayaan Kerjaaan Aru ini sangat disegani, terbukti masuk dalam Sumpah Palapa Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit yang mengatakan, tidak akan istirahat sebelum Kerajaan Pasai dan Aru ditaklukkan,” ungkap Ichwan.
Selain itu, keberadaan benteng semakin menguatkan kesimpulan bahwa kawasan Pantai Timur sebagai pelabuhan internasional yang sangat sibuk, setelah kejayaan Barus mulai redup semakin nyata. “Hal itu dibuktikan dengan temuan keramik sebagai mata uang pada saat itu berasal dari Cina, Arab, Thailand, Vietnam India dan kawasan lainnya,” kata Ichwan.
Dengan demikian, tinggal menunggu kebijaksanaan Pemkab Deli Serdang untuk membebaskan lahan sangat bersejarah itu. “Pemerintah bisa segera membangun lokasi untuk dijadikan museum alam,” ucapnya dan meyakini tempat ini akan lebih bermanpaat dan berhasil guna daripada jadi pemukiman, “Sebab di kawasan itu sangat strategis dibangun hotel atau penginapan, mengingat Benteng Putri Hijau sebagai salah satu bukti sejarah akan menarik perhatian dunia,” imbuhnya. (rmd)
Sumber: http://www.analisadaily.com 2 Juni 2009