Wates, DIY - Sebuah museum akan didirikan di Kulon Progo untuk menggantikan Museum Bale Agung yang dinilai tak lagi mampu menampung benda-benda cagar budaya. Museum baru itu juga akan dilengkapi fasilitas ruang konservasi budaya yang jarang ditemui di museum-museum lain. Rencana pendirian museum itu disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta Joko Dwiyanto saat bertemu Bupati Kulon Progo Toyo Santoso Dipo di Ruang Joglo, Wates, Selasa (15/4). Pertemuan itu juga dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kulon Progo Bambang Pidegso.
Joko mengatakan, banyaknya benda cagar budaya yang ada di Kulon Progo tidak mungkin tertampung semua di Museum Bale Agung yang hanya berukuran sekitar 15 meter x 15 meter. Hanya 62 buah dari total 179 benda cagar budaya di Kulon Progo yang bisa disimpan di Museum Bale Agung. Benda cagar budaya lain pada umumnya tetap dibiarkan di lokasi asli penemuan dengan mengandalkan pengamanan swadaya warga yang dirasa masih rawan dari praktik sindikat jual-beli benda antik.
"Selain itu, dibutuhkan museum yang tak sekadar menjadi tempat penyimpanan, perlindungan, dan konservasi benda hasil budaya Kulon Progo, tapi juga mampu menjadi tempat rekreasi sekaligus belajar masyarakat," ujar Joko.
Museum baru akan didirikan di atas lahan seluas 2.175 meter persegi dengan perkiraan biaya mencapai Rp 4,4 miliar. Di gedung museum baru, semua benda cagar budaya akan dikelompokkan menurut periode waktu asalnya, mulai dari zaman prasejarah, klasik, kerajaan Islam, masa penjajahan, dan modern. Dengan begitu, pengunjung dapat memperoleh informasi yang runut mengenai sejarah di Kulon Progo.
Menanggapi rencana ini, Bupati Toyo menyatakan akan memberi dukungan penuh. Ia pun menyarankan agar pembangunan museum dibuat dua lantai. Lantai pertama diperuntukkan bagi fasilitas ruang konservasi budaya, sementara lantai kedua adalah ruang pamer benda cagar budaya. (YOP)
Sumber: http://oase.kompas.com 17 April 2009