Candi Muaro Jambi Terjalin Erat dengan India

Jambi - Bentang sejarah percandian Muaro Jambi sejak abad ke tujuh hingga abad 12 terjalin kukuh dengan Nalanda, India, kata Wakil Gubernur Jambi H Fachrori Umar, Senin (7/3). Wagub mengatakan, bukti jalinan yang kukuh tersebut ditandai dari catatan pendeta Budha dari Tiongkok, I-Tsing, maupun Atisa Guru Besar Universitas Nalanda yang datang ke Moloyou atau Melayu.

Kedatangan tersebut telah menorehkan posisi strategis dan keeratan hubungan ritualitas antara Nalanda - Jambi - Tiongkok dan sebaliknya serta Tibet. Secara fisik, bentang alam daerah aliran sungai (DAS) Batanghari sejak dari Muara Tepi Laut Selat Lingga atau Selat Berhala sampai ke dataran tinggi di pedalaman Bukit Barisan Sumatra Barat, Damasraya dan Pagaruyung tidak kurang terdapat dua ratusan titik-titik situs percandian yang menggambarkan tapak-tapak perjalanan dan persebaran Hindu dan Budhis dengan kegiatan dan pemukiman di sekitarnya yang cukup ramai.

Menurut Wagub, dari artefak berupa prasasti Karang Berahi di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, tertera pahatan aksara palawa dari masa abad ke tujuh. Keberadaan dan penggunaan aksara Palawa ini jelas menggambarkan hubungan erat tersebut. Bahkan dari beberapa pakar bahasa dan arkeolog menyebutkan bahwa hubuf Palawa sudah masuk ke Sumatra 300 tahun sebelum Masehi, bersamaan dengan persebaran agama Hindu dan kemudian Budhis.

Selain itu, interaksi budaya secara kreatif terlihat dari tulisan aksara Incong di Kerinci, yang berkerabat dengan aksara Batak, Rejang, Lampung dan Bugis serta Jawa kuno, merupakan perkembangan dari aksara Palawa dan bahasa Sansekerta.

"Kita berharap, tinggalan-tinggalan ini dapat merangkai kebersamaan kesepahaman untuk masa-masa mendatang, dan dapat terjalin bentang jejaring napak tilas kesejarahan kepurbakalaan antara Nalanda, Tibet dan Jambi," harap Wagub. (Ant/sa/X-12)

-

Arsip Blog

Recent Posts