Pariwisata Butuh Crisis Center

Kuta, Bali - Crisis center sangat dibutuhkan oleh sektor pariwisata baik dalam keadaan normal ataupun ketika muncul krisis dengan menggunakan standar prosedur tahapan komunikasi yang sudah baku, demikian uraian Dr. Dirk Glaesser, Chief Risk and Crisis Management dari United Nation-World Tourism Organization (UNWTO) dalam Workshop on Marketing and Communication Strategy (Marcom) yang berlangsung di Kuta, Bali baru-baru ini.

Penyelenggaraan workshop dengan tema Inter-regional & Inter-sectoral Networking for Tourism Marketing and Communications yang dibuka oleh Sekjen Depbudpar Drs. Wardiyatmo, M.Sc tersebut merupakan kerja sama UN-WTO dengan Depbudpar.

Dr. Dirk Glaesser menjelaskan, dalam keadaan normal crisis center akan berperan untuk menyampaikan informasi terkini mengenai keadaan Indonesia ke berbagai belahan dunia dalam rangka meningkatkan citra sehingga menarik minat wisatawan untuk datang. Sedangkan peran crisis center ketika muncul krisis, misalnya ketika terjadi bencana alam gunung, adalah telah adanya standar prosedur tahapan komunikasi untuk menginformasikan saat muncul tanda-tanda kejadian, ketika gunung itu meletus, serta pasca-penanggulangan bencana gunung meletus. "Adalah anggapan yang salah bila crisis center dibentuk saat muncul sebuah krisis," katanya.

Dalam sambutannya, Sekjen Wardiyatmo mengatakan, crisis center sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada dunia internasional mengenai kejadian di Indonesia. "Kita punya pengalaman dalam membentuk crisis center ketika muncul peristiwa bom Bali, wabah flu burung, maupun bencana tsunami di Aceh dan gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah," katanya.

Program Marketing and Communication Strategy (Marcom) merupakan tindak lanjut dari bantuan teknis UN-WTO untuk mendukung negara-negara anggota yang terkena bencana tsunami, seperti Indonesia dengan program crisis management pasca-tsunami Pangandaran (post tsunami response), dengan sasaran untuk pemulihan citra Indonesia di dunia internasional.

Serangkaian kegiatan Marcom antara lain training session, consultants presentations, review by consultant, analysis by team, new operation, dan tiga kali kegiatan workshop di Gedung Sapta Pesona Jakarta (Juli, 2007), Yogyakarta (November, 2007) dan di Bali pada 1-2 April yang diikuti sekitar 100 peserta dari Depbudpar, Dinas Budpar seluruh Indonesia, asosiasi, serta para stakeholder pariwisata.

Sumber: www.budpar.go.id (5 April 2008)

Related Posts:

-

Arsip Blog