Potensi Wisata Perbatasan Harus Digarap Profesional

Jakarta - Banyak potensi wisata yang bisa mendatangkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) cukup besar hingga kini belum digarap secara profesional. Padahal, jika potensi itu dikelola secara terpadu antara pemerintah daerah dan pengelola industri wisata, pasti akan menghasilkan nilai tambah yang sangat signifikan. Setidaknya, pendapatan asli daerah akan bertambah. Begitu juga derajat kesejahteraan sosial masyarakat sekitar objek wisata itu, akan makin membaik.

"Salah satu potensi wisata yang harus digarap secara profesional itu adalah potensi wisata perbatasan. Saya yakin, jika potensi itu satu per satu dikelola secara profesional, target Visit Indonesia Year (VIY) 2008 yang dicanangkan pemerintah dengan target 7 juta wisman akan terlampaui," ujar Ketua Umum PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Yanti Sukamdani kepada wartawan di Hotel Sahid, Jakarta, Senin lalu.

Pihak PHRI sendiri, kata Yanti, sudah memprogramkan penanganan secara profesional potensi wisata perbatasan. Dengan melibatkan segenap unsur PHRI dan mitra kerja industri kepariwisataan lainnya yang ada di daerah-daerah dan didukung pula oleh jajaran pemerintah daerah dan pusat, PHRI mencanangkan program pembangunan sejumlah hotel, resor, dan restoran di beberapa lokasi perbatasan, antara lain Pontianak-Entikong, Bintan-Batam, dan beberapa tempat lain termasuk di perbatasan Indonesia (Atambua/NTT)-Timor Leste.

Di Bintan, misalnya, PHRI sudah mendapat persetujuan dari Pemprov Kepri untuk membangun hotel-hotel mewah dan sejumlah restoran bertaraf internasional. Proyek besar itu diraih PHRI setelah menyadari bahwa Bintan terletak dekat dengan Singapura yang mulai tahun depan akan menjadi salah satu tuan rumah pelaksanaan balapan kelas dunia F1.

"Jadi, untuk membidik luapan wisatawan dari berbagai negara yang akan menyaksikan balapan F1 itu, Bintan tidak hanya harus memiliki bandar udara dan dermaga pelabuhan yang representatif, tetapi juga sejumlah hotel dan restoran serta pasar-pasar yang menyediakan aneka bentuk cendera mata khas," tutur Yanti seraya menambahkan bahwa Bintan membutuhkan sekitar 2.000 kamar hotel baru dan sejumlah tempat wisata unik lainnya, agar wisatawan mendapat alternatif tujuan berkunjung di daerah Bintan. Dermaga juga harus menyediakan kapal-kapal feri yang bisa beroperasi 24 jam seperti di Batam.

Selain itu, Yanti menyebutkan, PHRI juga mendapat dukungan dari Gubernur Kalbar dan segenap jajarannya untuk membangun sejumlah hotel bertaraf internasional di perbatasan

Pontianak-Malaysia, Entikong-Tebedu. "Jumlah wisatawan mancanegara dari daerah itu yang akan ke Jakarta dan Malaysia via Pontianak juga banyak. Tetapi, belum ada hotel dan restoran bertaraf internasional di perbatasan itu. Kemampuan pemda sendiri terbatas untuk membangun tempat hunian yang layak bagi wisatawan mancanegara. Makanya, PHRI bangga mendapat kesempatan membangunan sarana kepariwisataan di daerah itu," lanjut Yanti.

Agar proyek-proyek nasional yang akan dikerjakan unsur PHRI itu berjalan lancar, Yanti Sukamdani yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi X DPR-RI mengingatkan, agar faktor keamanan mendapat prioritas penanganan. Kalau masalah keamanan tidak dijamin, jangan harap akan ada kemajuan di daerah perbatasan. Sebaliknya, jika pemerintah memberikan prioritas penanganan soal keamanan, terutama di daerah perbatasan, maka banyak kemajuan yang akan diraih Indonesia. (Ami Herman)

Sumber: www.suarakarya-online.com (2 Mei 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts