Ritual Tawur Agung Kesanga Sambut Nyepi

Umat Hindu akan merayakan hari raya Nyepi tahun Saka 1933 pada 5 Maret mendatang. Nah, untuk menyambut hari raya tersebut serangkaian acara pun digelar. Mulai dari bakti sosial berupa pengobatan gratis, pembagian sembako sampai donor darah.

Acara berlangsung dari 3 Februari di Pura Kerta Jaya, Rawamangun. Berlanjut 13 Februari di Pura Segara Cilincing dan 20 Februari di Pura Candra Prabha, Jelambar, Jakarta Barat. Selanjutnya, digelar upacara Melasti pada 2 Maret mendatang di Pura Segara, Cilincing.

"Upacara Melasti dilakukan dua atau tiga hari sebelum hari raya Nyepi," ucap Anggota Bidang Publikasi dan Dokumentasi Panitia Nasional Dharma Shanti Perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1933 Ida Bagus Alit Wiratmaja.

Pada hari itu, umat Hindu berduyun-duyun membawa segala sarana persembahyangan yang ada di Pura. Tak ketinggalan membawa sesaji untuk diarak menuju laut atau danau. Laut dan danau adalah sumber air suci yang bisa menyucikan segala kotoran dalam diri manusia dan alam.

Sehari sebelum hari raya Nyepi, umat Hindu melaksanakan Tawur Kesanga, upacara Buta Yadnya dengan jenis caru atau sesaji di segala tingkatan masyarakat. Mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan dan seterusnya.

Makna dari Tawur atau Pecaruan adalah untuk menyucikan bumi beserta isinya dari segala kekotoran atau penyucian mikrocosmos dan makrocosmos. Upacara Tawur ditandai dengan menyebarkan nasi tawur, mengobor-obori rumah. Plus seluruh pekarangan serta memukul benda yang biasanya berbentuk kentongan bambu sampai bersuara ramai.

ujuannya, mengusir kejahatan dan kotoran dari lingkungan sekitar. Pada saat Tawur, biasanya dimeriahkan dengan pawai Ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh merupakan perwujudan Buta Kala atau simbol kejahatan yang diarak keliling lingkungan dan kemudian dibakar. Maknanya, membakar segala kejahatan atau kebatilan di muka bumi.

Di Jakarta, upacara Tawur Agung Kesanga berlangsung di Monas pada 4 Maret. Berdasarkan rencana sejumlah tokoh lintas agama akan menghadiri acara tersebut.

"Seluruh tokoh lintas agama di Indonesia akan datang menyaksikannya," imbuh ketua panitia nasional Dharma Shanti hari raya Nyepi tahun baru Saka 1933 Erlangga Mantik kepada TNOL di Pura Aditya Jaya, Kamis (3/2).

Acara tersebut juga akan dihadiri Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Tak heran, pihak panitia akan menggabungkannya dengan konsep budaya dan pariwisata DKI Jakarta dan kesenian nasional lainnya seperti menampilkan tarian Jaipong serta Barongsai.

Ketua Bakti Sosial hari raya Nyepi I.B. Djayapati menambahkan, nantinya ada sekitar 14 Ogoh-ogoh yang diarak. Ditambah lagi menampilkan Ondel-ondel dan Marawis. "Acara ritualnya mulai pukul 14.00 WIB," ucap Djayapati.

Setelah rangkaian Nyepi usai, umat Hindu menghentikan segala aktifitas pas hari raya Nyepi. Mereka melakukan Catur Brata Penyepian. Yaitu, Amati Geni atau tidak menyalakan api yang memiliki makna mengendalikan hawa nafsu, marah dan dengki.

Amati karya, tidak bekerja lantaran untuk intropeksi. Amati Lelungan, tidak bepergian yang mempunyai arti mengendalikan hura-hura. Kemudian Amati Lelanguan, tidak mendengarkan hiburan.

Semua bertujuan agar umat Hindu memiliki kesiapan jasmani dan rohani menghadapi setiap tantangan kehidupan dalam memasuki tahun baru. Keesokan harinya mereka melakukan Ngembak Geni yang ditandai dengan saling maaf memaafkan.

Puncak peringatan Nyepi di tingkat nasional sendiri akan diselenggarakan Dharma Shanti atau silaturahmi pada 20 Maret di Cilangkap. Berdasarkan rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri turut hadir.(Subhan)

-

Arsip Blog

Recent Posts