Islamic Fashion Festival Usung Konsep Melayu

Jakarta - Indonesia-Malaysia merupakan dua negara serumpun yang mayoritas penduduknya mengenakan hijab. Untuk mempererat hubungan antar kedua negara, pemerintahan Malaysia mengadakan acara tahunan bertajuk Islamic Fashion Festival (IFF). Dan tahun ini, pagelaran busana muslim tahunan ini diselenggarakan di Novotel Hotel, Palembang, Minggu (8/9/2013) kemarin.
Kota Palembang sendiri menjadi kota ke empat di Indonesia yang menjadi tuan rumah fashion muslim extravaganza ini setelah sebelumnya sudah dilaksanakan di Jakarta, Bandung, dan Bali. Pada pagelaran acara tersebut, terdapat kolaborasi desainer Indonesia dan Malaysia yang mengusung tema “Kelir Sriwijaya” atau “Colours of Sriwijaya”.
Para desainer tersebut antara lain, ada Ghea Panggabean, Jeny Tjahyawati, Zainal Songket (dari Jakarta), Calvin Thoo, Dato’ Tom Abang Saufi, Nora Galeri Muslimah (dari Kuala Lumpur), Ade Listiani (dari Padang), dan terakhir Dian Pelangi (dari Palembang).
 “Desainer yang ikut serta dalam IIF tahun ini merupakan langganan dari acara yang kami selenggarakan setiap tahunnya. Dan acara ini dibentuk untuk memperlihatkan pengertian keindahan dari kecantikan Islam dalam bentuk fashion,” ujar Dato’ Sri Raja Rezza Shah, Founder & Chairman of IFF pada konferensi pers (8/9).
Menurut Dato, IFF memiliki misi untuk membawa Indonesia dan Malaysia menjadi peta tujuan fashion muslim. Karenanya pagelaran acara ini tidak hanya antara Indonesia dan Malaysia, tapi IFF juga diboyong ke Abu Dhabi dan Dubai dalam kawasan UAE, Astana di Kazahstan, Singapore, Manila, Monte Carlo di Monaco, New York City, dan London.
Tahun ini IFF lebih mengusung konsep Melayu. Menurut Dato Palembang dan Malaysia memiliki kedekatan unsur budaya yang serupa karena asal usul raja-raja Melayu dari Palembang.
“Kota Palembang dikenal sebagai kota busana muslim dan kedekatan perasaan terhadap Melayu lebih kental di Palembang, makanya kami memilih mengadakan IFF tahun ini di sini,” lanjutnya kepada KompasFemale.
Berangkat dari tema tersebut, para desainer, terutama yang berasal dari Indonesia, mayoritas menggunakan songket Palembang untuk memperlihatkan koleksi mereka. Contoh saja seperti koleksi busana muslim Dian Pelangi, yang mengusung kain jumputan untuk peragaan di sesi High Tea.
Dengan mengambil tema “Cindai – Jumputan”, Dian ingin merepresentasikan ketenangan dari sungai Musi. Permainan motif bunga mekar dan warna-warna alami menjadi inspirasi yang ia tuangkan dalam cipratan tinta tie dye sehingga terbentuk motif natural pada kain jumputannya.
“Palembang terkenal dengan kain jumputan yang bermacam-macam. Oleh karena itu pada koleksi kali ini lebih ditekankan pada kain jumputan dan songket Palembang yang asli dibuat di sini,” ujar Hj.Hernani Djamal, ibunda Dian Pelangi, yang mewakilinya karena tidak dapat hadir pada acara konferensi pers.
Dalam acara ini, masing-masing desainer menghadirkan koleksinya dalam dua sesi, yaitu sesi High Tea dan Gala Dinner, yang sama-sama berlangsung di Novotel Hotel Palembang. Acara juga dihadiri oleh Gubernur Sumatera Selatan,  Ir.H. Alex Noerdin Ahmad, perwakilan dari departemen pariwisata Malaysia, serta Raja dan Ratu kerajaan Melayu setempat.
-

Arsip Blog

Recent Posts