Oleh: Hotlan Edward Sitompul
Rata Penuh
Membangun Brand Pariwisata Kepri
Brand yang penulis maksud di atas adalah berkaitan dengan merk, nama, image berupa kesan atau citra, yang gampang diingat dan dikenali oleh masyarakat atau pengunjung. Menurut Free Dictionary. com, definisi brand adalah A trademark or distinctive name identifying a product or a manufacturer. Sedangkan menurut learnthat.com, brand adalah Is a product from a known source (organization), the name of the organization can also served as a brand. The brand value reflects how a product name or company name is perceived by the marketplace, wether that is a target audience for a product or the marketplace general.
Dari pengertian di atas, kita bisa melihat bahwa brand adalah sesuatu yang perlu dibangun, dikembangkan dan disampaikan kepada pelanggan serta masyarakat baik produk maupun jasa yang dihasilkan untuk kemudian pesan itu diterima, diingat, diakui dan dikomsumsi oleh masya rakat dan pelanggan. Agar menjadi brand yang dikenal masyarakat perlu digalakkan Brand awareness, yaitu kesanggupan seorang calon konsumen untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek dari kategori produk atau jasa layanan tertentu. Dan Brand association yaitu segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek dari sebuah produk atau jasa yang diberikan. Sudah barang tentu lewat promosi dan pengenalan tiada henti kepada masyarakat sebagai customer (pembeli, pengunjung, wisatawan, dll).
Provinsi Kepri kemudian meluncurkan ”merk” pariwisata Kepri dengan slogan ”Kepri The Beauty of Nature”. Sudah barang tentu pemilihan motto itu didasari dengan keindahan alam provinsi Kepri yang luar biasa, bukan sekedar ikut-ikutan dengan tempat lain yang sudah lebih dulu meluncurkan ikon pariwisata kota atau negara mereka. Katakanlah, Jogjakarta dengan ”Never Ending Asia”, Semarang dengan “The Beauty of Asia”, Malaysia dengan ”Truly Asia” atau Singapura dengan ”Uniquely Singapore”.
Untuk sampai pada kondisi menjadi sebuah brand atau ikon pariwisata, “KEPRI The Beauty Of Nature”, tentunya dibutuhkan pengembangan dan pembangunan yang komprehensif serta berkesinambungan agar pariwisata KEPRI diketahui, dikenal, diingat dan layak jual serta memberikan sumber pemasukan dan pendapatan bagi pemerintah dan masyarakat sekitar. Selain komprehensif dan berkeseinambungan, pembangunan dan pengembangan juga membutuhkan skala prioritas, sehingga pembangunan yang dilakukan akan terkoordinasi, terencana, terarah dan tepat sasaran. Dengan skala prioritas, tujuan yang akan dicapai dengan pengembangan dan pembangunan juga akan dapat diukur tingkat keberhasilan dan kesuksesannya (measurable).
Sebagai bagian dari pembangunan yang terintegrasi dengan pembangunan secara global, maka pembangunan dan pengembangan sub sektor pariwisata selayaknya dikedepankan serta didorong untuk menjadi sumber penghasil devisa dan PAD serta sumber pendapatan bagi masyarakat di provinsi tercinta ini. Mengingat letak geografis provinsi kita sebagai provinsi kepulauan, kans untuk menjadi provinsi wisata dan wisata sebagai brand Kepri sangat memungkinkan untuk dicapai. Ada sejuta pesona yang masih terpendam di seantero Kepulauan Riau, yang sangat memungkinkan untuk digali menjadi potensi penghasil devisa dan PAD yang akan bermuara pada peningkatan perekonomian masyarakat secara luas.
Provinsi seribu pulau ini mempunyai ”mutiara” terpendam yang sejatinya bisa kita kembangkan menjadi sumber pendapatan dan peningkatan taraf hidup rakyat serta menjadi sarana promosi yang tepat untuk menarik investor menanamkan investasinya, tidak melulu di pulau Batam misalnya, tapi juga di pulau-pulau yang jauh dari keramaian dan pusat pemerintahan. Mutiara itu pastinya bernama pariwisata atau turisme.
Pariwisata adalah sarana yang tepat untuk mempromosikan provinsi tercinta ini, dan brand yang paling gampang diingat oleh masyarakat. Karena kelebihan provinsi Kepri kita dibandingkan provinsi lain adalah pesona pariwisatanya. Kita bersyukur dikarunia Tuhan YME, dengan kandungan minyak dan gas yang sangat melimpah, itu adalah fakta yang tidak bisa dikesampingkan. Namun, sebanyak apapun kandungan minyak dan gas bumi, suatu saat kekayaan itu akan terkuras dan habis sama sekali, karena memang sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui.
Lain halnya dengan pariwisata. Dengan pengelolaan dan perawatan yang benar-benar terorganisasi dan terencana, pariwisata dapat menjadi sebuah ”brand”, sebuah ”produk” yang bisa kita andalkan sebagai mata pencaharian dari generasi ke generasi tanpa mengalami keausan dan kepunahan sebagaimana halnya yang akan terjadi pada gas dan minyak bumi. Tidak hanya keelokan pantai, keindahan panorama, pesona kehidupan bawah laut, namun juga disertai dengan keanekaragaman seni dan budaya yang didominasi oleh kekayaan budaya leluhur kita bangsa Melayu.
Sesuai dengan ungkapan “Kepri The Beauty of Nature” di atas, banyak obyek wisata yang bisa dikembangkan dan layak untuk ”dijual” dan tidak sedikit yang bisa dijadikan ”brand” Pariwisata Kepri tidak hanya sebatas jembatan Barelang, Kamp Pengungsi Vietnam, pantai Trikora dan pulau penyengat. Belum banyak yang mengenal pantai Lubuk di kecamatan Kundur Kabupaten Karimun misalnya.
Obyek wisata itu masih ditambah dengan keajaiban dan keindahan alam kepulauan Anambas Kabupaten Natuna. Tanjung Penintung dan Ae-Sene misalnya adalah sentra pemeliharaan ikan keramba di Anambas. Terempa/Tarempa di pulau Siantan sangat cocok untuk dikembangkan menjadi obyek wisata diving atau menyelam. Pulau Durai dan pulau Pahat dengan pantainya yang indah, berpasir putih dan dipenuhi oleh penyu di sore hari adalah sesuatu yang sangat layak untuk menjadi andalan wisata di provinsi Kepri. Penyu-penyu akan semakin banyak di bulan Juni sampai bulan September. Mulai pukul 15.00 sore hari, kita akan menjumpai kerumunan penyu di pantai pulau Durai dan Pahat.
Di pulau Jemaja Kepulauan Anambas kita juga memiliki obyek wisata yang menawan. Pulau yang dapat ditempuh selama 4 jam dengan menggunakan pompong dari Terempa, memiliki Pantai Padang Melang, salah satu pantai terindah di Anambas.
Tidak hanya kedua kabupaten di atas, kabupaten Lingga juga memiliki sejuta potensi pariwisata yang belum tergarap. Sebagai contoh, kekayaan budaya Daik Lingga sebagai bekas pusat pemerintahan kerajaan Melayu, layak untuk dijadikan wisata budaya dan wisata religius. Belum lagi pesona ratusan pulau-pulau yang tersebar di seluruh kabupaten Lingga. Jika Pulau Berhala ditetapkan menjadi bagian administrasi Lingga, maka kekayaan obyek wisata Lingga akan semakin lengkap. Pulau ini tidak memiliki kekayaan alam, seperti tambang misalnya, tapi diberkahi Tuhan YME dengan pemandangan dan kecantikan alam yang tidak kalah menariknya dengan kepulauan Anambas atau pulau Bali sebagi daerah tujuan wisata utama di Indonesia.
Namun sayangnya, kebanyakan obyek-obyek wisata ini belum dikembangkan dan dibangun secara maksimal. Tidak sedikit yang tidak dikenal oleh masyarakat dan wisatawan. Promosi yang belum optimal, sarana dan moda transportasi dari dan menuju obyek wisata yang masih jauh dari memadai, kurangnya event-event pendukung, bahkan sarana akomodasi yang masih tergolong sederhana perlu perhatian dan perjuangan dari pemerintah daerah khususnya untuk menjadikan sektor pariwisata ini menjadi sebuah brand dan “ladang” andalan pemasukan pendapatan daerah dan negara.
Agar pariwisata Kepri menjadi sebuah brand yang dikenali oleh masyarakat, pemerintah dan pelaku dunia usaha bidang pariwisata harus bergiat untuk meningkatkan brand awareness dan brand association dari masyarakat dalam dan luar negeri.
Kepri The Beauty of Nature selayaknya kita bangun bersama dengan kesungguhan dan program yang jelas, baku dan berkesinambungan agar menjadi sebuah brand pariwisata atau ikon provinsi Kepulauan Riau tercinta.
Hotlan Edward Sitompul, Divisi SDM-Litbang Badan Pengembangan dan Promosi Pariwisata Kepri
Sumber : Batam Pos