Yogyakarta - Untuk menyegarkan kembali ingatan masyarakat terhadap seni tradisi, Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menggelar Pasar Kangen Jogja (PKJ) 2009. Dalam acara yang berlangsung mulai 6-11 Juni 2009, pengunjung bisa melihat berbagai pertunjukan seni tradisi sembari mencicipi aneka jajanan tradisional yang semakin langka di pasar. PKJ 2009 yang berlangsung di area TBY, Daerah Istimewa Yogyakarta ini dibuka oleh penari serba bisa Didik Ninik Thowok, Sabtu (6/6) sore. Ia membuka acara dengan menari sambil berkeliling di area PKJ untuk meminta aneka jajanan tradisional dari para pedagang. Dengan gayanya yang jauh dari kesan formal itu, Didik mampu menghibur ratusan pengunjung yang menghadiri pembukaan PKJ 2009.
Ketua Panitia PKJ 2009 Suyata mengatakan, dalam acara ini pengunjung bisa melihat beragam seni tradisi mulai dari seni pertunjukan, kerajinan hingga kuliner. Melalui acara ini, ia berharap pengunjung yan g sebagian besar telah melupakan seni tradisi bisa mengetahui bahwa mereka punya kekayaan tradisi yang luar biasa. "Dari situ mungkin akan tumbuh rasa cinta, sehingga mereka tergerak untuk melestarikan seni tradisi yang ada. Di sini mereka bisa bernostalgia, bisa melepas kangen terhadap seni tradisi yang sudah semakin jarang dijumpai itu," tuturnya.
Sesuai dengan namanya, PKJ 2009 menghadirkan berbagai bentuk kekayaan seni dan budaya di wilayah DIY. Setiap hari, pengunjung bisa menyaksikan berbagai pertunjukan seni tradisional mulai dari jathilan, reog, tari lengger topeng, wayang kulit, karawitan anak, kethoprak lesung hingga pemutara film layar tancap. Beragam jenis kesenian itu ditampilkan oleh warga dari Kabu paten Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, Sleman, maupun Kota Yogyakarta.
Selain pertunjukan seni, PKJ 2009 juga diramaikan dengan pasar jajanan tradisional. Pengunjung akan menemukan makanan tradisional seperti thiwul, kipo, cenil, gethuk, slondok, geblek, tempe benguk sampai jenang gempol. Makanan tersebut disajikan langsung oleh para pedagang jajanan tradisional yang biasa mangkal di sejumlah pasar tradisional. (ARA)
Sumber: http://oase.kompas.com 8 Juni 2009