Denpasar, Bali – Kurangnya fasilitas sarana dan prasana pendukung kegiatan wisata bahari, menurunkan daya saing dari pengusaha lokal. Ini menyebabkan kegiatan wisata bahari di Indonesia Timur yang sebelumnya banyak dikelola pengusaha wisata bahari lokal dari Bali, saat ini sudah mulai dikuasai pengusaha asing.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Wisata Bahari (Gahawisri) Bali, IB Agung Partha, Rabu (15/4) kemarin mengatakan, pengusaha lokal asal Bali yang memiliki usaha wisata bahari di Indonesia Timur dalam beberapa tahun terakhir ini sudah mulai berkurang. Ia menjelaskan, pengusaha asing ini melayani wisatawan yang akan mengikuti wisata bahari menggunakan liveaboard (sejenis kapal laut). Banyak liveaboard lego jangkar di Bali selanjutnya membawa wisatawan dari Bali untuk mengikuti kegiatan wisata bahari di Indonesia Timur.
Pelaku wisata bahari di Bali memang tidak terlalu resah dengan adanya pengusaha asing yang melakukan kegiatan wisata bahari di Indonesia Timur. Mereka hanya mengambil wisatawan di Bali selanjutnya dibawa ke Indonesia Timur. Dari Bali, wisatawan didistribusikan ke daerah yang dekat dengan Bali termasuk ke Indonesia Timur.
Ia mengatakan, masuknya pengusaha asing ke Indonesia Timur memang akan menjadi tantangan berat bagi wisata bahari lokal. Pengusaha wisata bahari lokal yang ingin mengembangkan usaha wisata bahari di Indonesia, harus siap memiliki partner kerja dengan pengusaha asing. Jika tidak siap bersaing dengan pengusaha asing ini, pengusaha lokal akan hanya jadi penonton. Saat ini saja, pengusaha lokal yang bergerak pada usaha wisata bahari di Indonesia Timur sudah menjadi kaum minoritas, karena kegiatan wisata bahari di kawasan tersebut sudah banyak dikuasai pengusaha asing.
Kelemahan pengusaha lokal tidak mampu bersaing dengan pengusaha asing karena kurangnya pelayanan dan kenyamanan yang diberikan kepada wisatawan pengguna wisata bahari di Indonesia Timur. Pengusaha wisata bahari milik pengusaha asing di Indonesia Timur sudah dilengkapi dengan standar keamanan dan peralatan kegiatan wisata bahari sangat memadai. Sebaliknya, peralatan wisata bahari milik pengusaha lokal jauh dibandingkan milik pengusaha asing, bahkan terkesan kurang memadai.
Agung Partha menilai, pengusaha wisata bahari lokal yang mengembangkan usaha ke Indonesia Timur mesti meningkatkan kualitas peralatan kegiatan wisata bahari termasuk dari sisi standar keamanan. Jangan takut melakukan investasi peralatan wisata bahari dengan biaya yang lebih mahal. Ini dilakukan demi kenyamanan dan keselamatan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata bahari. “Intinya peralatan yang digunakan pengusaha wisata bahari lokal mesti berkualitas,” katanya.
Ia menambahkan, pengusaha lokal mesti bersatu untuk bisa bersaing dengan pengusaha wisata bahari asing di Indonesia Timur tersebut. Dengan bersatu, pengusaha wisata bahari lokal akan memiliki modal investasi yang lebih besar sehingga bisa menghadapi persaingan dengan pengusaha asing tersebut. Kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku wisata bahari lokal juga perlu ditingkatkan. Ini bisa dilakukan dengan pelatihan rutin tentang keselamatan dan kenyamanan dalam rangkaian kegiatan wisata bahari. (kup)
Sumber: http://www.bisnisbali.com (16 April 2009)