April, Kesultanan Ternate Gelar Festival Legu Gam

Ternate, Malut - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik direncanakan akan membuka Festival Legu Gam di Ternate, Maluku Utara, pada 1 April dan akan berakhir pada 16 April 2011. "Kami sudah melakukan konfirmasi kepada Kemenbudpar dan sudah ada kepastian Menbudpar Jero Wacik bersedia membuka Festival Legu Gam tersebut," kata Ketua Umum Legu Gam Arifin Djafar di Ternate, Rabu (9/3/2011).

Festival Legu Gam adalah pesta rakyat yang digelar setiap tahun oleh Kesultanan Ternate dalam upaya untuk memeriahkan ulang tahun Sultan Ternate Mudafar Syah. Kegiatan yang digelar tahunan di Ternate ini telah masuk dalam kalender kegiatan wisata nasional sehingga ajang promosi lebih diutamakan.

Panitia Festival Legu Gam juga melayangkan undangan ke kedubes negara sahabat di Jakarta untuk hadir dalam festival tersebut. Namun, sejauh ini belum diperoleh kepastian mengenai kedatangan mereka pada pembukaan itu. Ajang tersebut akan dimeriahkan dengan berbagai penampilan atraksi budaya dan kesenian tradisional Malut, pameran, serta menggelar seminar budaya.

Keliru
Menyinggung soal adanya kesan penyelenggaraan Festival Legu Gam selama ini lebih menonjolkan kegiatan perdagangan, Arifin yang juga Wakil Wali Kota Ternate mengatakan kesan itu keliru. Dari seluruh kegiatan dalam penyelenggaraan Festival Legu Gam selama ini, termasuk pada Festival Legu Gam tahun ini, sekitar 80 persen justru berupa kegiatan promosi budaya dan kesenian tradisional.

Sementara, untuk kegiatan yang bersifat perdagangan dalam festival itu hanya mencapai 20 persen, karena di dalam areal pameran, panitia menyiapkan sejumlah lahan bagi para pedagang menengah ke bawah. Kesan tersebut muncul karena kegiatan dalam penyelenggaraan festival ini kurang tersosialisasi dengan baik. Untuk itu, panitia akan lebih mengintensifkan sosialisasinya agar kesan seperti itu tidak ada lagi.

Menurut catatan, Legu Gam atau pesta rakyat berasal dari tradisi adat istiadat Maluku Utara. Secara historis pesta rakyat yang melibatkan pihak kerajaan/kesultanan ini dilakukan dalam bentuk tari-tarian atau biasa disebut Tarian Legu.

Tarian Legu biasanya dipentaskan dalam tiga acara dan ketiganya pun bertingkat sifatnya. Tarian ini merupakan rangkaian gerakan yang menyerupai kepakan sayap burung. Menurut legenda, tarian ini merupakan simbol dari turunnya burung berkepala dua (Goheba) yang menjadi simbol kesultanan Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan).

Para penari adalah kaum perempuan yang bukan berasal dari keluarga Sultan. Pada saat tarian Legu dipentaskan, Sultan tidak diperkenankan berdiri sebelum Tarian Legu berakhir. Hal ini bertujuan agar pesan-pesan yang disampaikan dapat dipahami, dihayati, dan menjadi bahan introspeksi Sultan dalam menjalankan kepemimpinannya.

Related Posts:

-