Ambon, Maluku - Kementrian Pekerjaan Umum (PU) pada 2011 membenahi jalan dan jembatan dalam upaya menyukseskan "Sail Morotai", provnsi Maluku Utara pada 2012.
Kepala Balai Jalanan Nasional IX (Maluku dan Maluku Utara), Jefry Pattiasina, di Ambon, Senin, mengatakan, pembangunan dan peningkatan jalan maupun jembatan itu diprogamkan rampung akhir 2011 dan ada yang selesai awal 2012.
Kegiatan di Pulau Morotai antara lain peningkatan ruas jalan Daruba-Daeo sepanjang 4,8 Km dengan biaya Rp8,6 miliar, 6 Km jalan dalam kota Daruba senilai Rp14,98 miliar dan pembangunan jembatan di ruas jalan Daruba-Bere-Bere sepanjang 55 meter Rp9 miliar.
Sedangkan peningkatan 14 KM jalan Daruba-Wayubula dan Daeo- Bere- Bere juga sepanjang 14 KM masing-masing senilai Rp24,98 miliar.
"Ruas jalan Daruba-Wayubula itu bila rampung membutuhkan anggaran Rp40 miliar. Sedangkan Daeo-Bere-Bere Rp50 miliar sehingga dilanjutkan pada APBN 2012," ujar Jefry.
Dia mengatakan, pembenahan jalan dan jembatan juga didukung pemeliharaan rutin dan berkala sarana maupun prasarana tersebut di pulau Morotai, di samping ruas jalan nasional lainnya di trans Halmahera, Maluku Utara.
"Ruas jalan nasional menjadi tangggung jawab Kementerian PU melalui Balai Jalan Nasional IX (Maluku dan Maluku Utara) yang pada tahun anggaran 2011 untuk provinsi Maluku Utara kebagian keseluruhan dana Rp315 miliar," kata Jefry.
Dia mengakui, pembenahan jalan dan jembatan di Pulau Morotai berdasarkan peninjauan Tim Kementerian PU dikoordinir Direktur Pelaksanaan Wilayah III Direktorat Jenderal Bina Marga, Iqbal Pane ke pulau Morotai pada 5 Oktober 2010.
"Peningkatan status jalan maupun pembukaan jalan baru dan jembatan di pulau Morotai merupakan bagian dari pembangunan trans Halmahera yang telah diarahkan Menteri PU, Djoko Kirmanto sesegera dibenahi guna menyukseskan kegiatan bahari bertaraf internasional tersebut," ujar Jefry.
Jefry memastikan pembangunan infrastruktur di pulau Morotai itu merupakan bagian dari paket trans Halmahera yang sudah dibangun maupun sedang dikerjakan melalui koordinasi dengan Pemerintah provinsi (Pemprov) Maluku Utara.
"Jalan dari Sofifi, ibu kota provinsi Maluku Utara yang baru telah tembus ke Tobelo dan Galela, selanjutnya Sofifi-Weda-Ekor- Subaim-Buli. Jadi ratusan kilometer jalan trans Halmahera telah dibangun di Maluku Utara," katanya.
Sejumlah ruas jalan di Maluku Utara seperti di pulau Ternate dan pulau Tidore telah berstatus nasional sehingga pembangunannya didanai APBN maupun bantuan dan pinjaman luar negeri.
Pulau Morotai merupakan markas Panglima perang AS, Jenderal Douglas Mac Arthur saat Perang Dunia (PD) II pada 1944-1945.
Panglima Divisi VII AS Jenderal Douglas Mac Arthur menjadikan Morotai bagian dari janjinya, "I shall return" (saya akan kembali).
Bagaikan katak melompat, dia merebut kembali wilayah yang pernah direnggut Jepang itu. Dari Morotai, Mac Arthur merebut Filipina dan kemudian menembus jantung pertahanan Jepang di Iwojima dan Okinawa.
Sekutu ketika itu sekaligus membangun 12 landasan darurat, panjang 2.700 meter dan lebar 40 m. Lalu, tujuh landasan di antaranya dikeraskan dengan batu-batu karang bercampur minyak hitam, dan sisanya dipasangi air strip (pelat besi berlubang ukuran 1,5 x 0,5 m) yang berfungsi sebagai landasan darurat.
Karena angka tujuh itu kemudian seluruh landasan angkatan perang Sekutu di Morotai hingga kini populer dengan sebutan Pitu strip. Sekutu juga membangun pelabuhan militer di Tanjung Dahegila sehingga kapal-kapal perang bisa merapat.
Di pulau Morotai masih berserakan bangkai pesawat, kapal, bus peninggalan PD II sehingga menjadi perburuan besi tua dan dimanfaatkan untuk mendisain aneka asesoris yang terkenal dengan sebutan "besi putih".
Sumber: http://beritadaerah.com