Desa Wisata di Yogyakarta Sulit Dikembangkan

Yogyakarta - Desa wisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sulit dikembangkan karena sebagian besar dibentuk secara instan.

"Desa wisata baru dibentuk dan dipromosikan pada saat akan menerima kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) atau wisatawan nusantara (wisnus)," kata Ketua Forum Silaturahmi Insan Pariwisata (Fosipa), Sarbini di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, desa wisata adalah desa yang umumnya dikelola warga setempat, dengan suasana masih alami dan memiliki potensi khas yang layak ditawarkan kepada wisman maupun wisnus.

Mereka akan dengan tergesa-gesa tanpa perencanaan matang berupaya membentuk desa wisata karena informasi desanya akan dikunjungi rombongan wisatawan.

"Sejumlah atraksi kesenian setempat maupun fasilitas penginapan ala desa serta potensi yang dimiliki desa tersebut disiapkan untuk menyambut dan memberikan layanan kepada rombongan wisatawan yang akan menginap di desa tersebut," katanya.

Ia mengatakan, upaya membentuk desa wisata secara instan seperti itu sangat disayangkan karena setelah rombongan wisatawan usai menginap di desa wisata, berakhir pula upaya menyiapkan dan mengelola desa tersebut sebagai tempat tujuan wisatawan.

"Desa tersebut kembali lengang seperti halnya desa-desa lain pada umumnya dan tidak lagi ada kegiatan untuk menyambut wisatawan," kata Sarbini.

Ia juga menilai jumlah desa wisata yang ada di provinsi DIY terlalu banyak sehingga sulit untuk membina dan mengembangkannya menjadi obyek wisata yang menarik.

Misalnya, di seluruh wilayah Kabupaten Sleman saja, hingga kini tercatat 40 desa wisata, antara lain desa wisata Trumpon yang terletak di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, desa wisata Turgo, Kaliurang dan desa wisata Ketingan, desa Tridadi Kecamatan Mlati.

"Mestinya, paling banyak hanya ada lima desa wisata di seluruh Kabupaten Sleman, sehingga upaya mengembangkannya bisa maksimal dan menarik minat kunjungan wisatawan," katanya.

Sumber: www.mediaindonesia.com (3 Mei 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts