Kesenian Beduk Berpotensi Menarik Wisatawan Asing

Palembang - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyatakan komitmennya untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian beduk melalui ajang festival, pentas rakyat, maupun kegiatan rutin di tempat ibadah masjid.

Komitmen ini mempertimbangkan sisi sejarah beduk yang merupakan kesenian asli bangsa Indonesia serta potensinya untuk mendukung sektor pariwisata, terutama dalam mendatangkan wisatawan mancanegara.

Demikian dikatakan Wakil Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Selatan Didi Mardiono Yunada dan Kepala Seksi Pengembangan Kesenian Dinas Pariwisata Sumatera Selatan Marah Aidil, di sela-sela kegiatan penutupan Festival Seni Beduk di Masjid Agung, Sabtu (22/3).

Menurut Marah Aidil, salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap pengembangan kesenian beduk ini adalah penyelenggaraan Festival Beduk yang baru pertama kalinya diselenggarakan di Kota Palembang. Menurut dia, selain memperingati Maulid Nabi Muhammad, kegiatan ini juga digelar dalam rangka agenda Visit Musi 2008.

Dijelaskan, Festival Beduk ini diikuti oleh 16 grup penabuh beduk dari Kota Palembang dan kabupaten lainnya di Sumatera Selatan. Sebenarnya, peserta festival ditargetkan mencapai 32 grup. Namun, hingga pelaksanaan hanya ada 16 grup yang mendaftar.

”Profil peserta tidak hanya dari remaja masjid, namun juga dari kalangan seniman tradisional setempat. Bahkan, dari seluruh peserta, kalangan seniman tradisi justru mendominasi,” ujar Marah.

Pemenang festival
Bambang Soetikno, Ketua Pengamat Musik Beduk, mengatakan, ada enam pemenang dalam festival ini. Dijelaskan, juara pertama diraih grup Swarna Sriwijaya, juara dua grup Al Shawab, juara ketiga grup SMAN 17.

Selain itu, ada pula kategori juara harapan meliputi juara harapan pertama grup, Al Mujahidin; juara harapan kedua grup, Sadhatud Darain; dan juara harapan ketiga, Nurul Falah.

Aidil menambahkan juara pertama hingga juara harapan ketiga berhak mendapatkan uang pembinaan masing-masing Rp 4 juta, Rp 3,5 juta, Rp 3 juta, Rp 2,5 juta, Rp 2 juta, dan Rp 1,5 juta.

Mengenai eksistensi kesenian tradisi ini, Didi Mardiono mengatakan bahwa pemerintah tidak hanya menggelar kegiatan festival beduk, namun juga festival seni gambus. Dua jenis kesenian yang merupakan tradisi milik bangsa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai syiar agama Islam, namun sudah bersinggungan dengan aspek pariwisata.

Dengan demikian, kegiatan pengembangan kesenian beduk juga diharapkan bisa menarik minat wisatawan khususnya dari mancanegara.

”Beduk ini tidak hanya terbatas pada irama beduk masjid, namun sudah dikembangkan dengan ritme,” katanya.

Sumber: www.kompas.com (24 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts