Makassar TIME 2008 Terancam Lesu

Makassar - Tourism Indonesia Mart and Expo atau TIME 2008 di Makassar terancam lesu karena minimnya promosi untuk mendatangkan pembeli dan pengunjung. Pemerintah daerah didesak segera menggenjot promosi ke sejumlah negara dan provinsi lain dalam sisa waktu lima bulan ini.

Desakan disampaikan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) serta Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulawesi Selatan, Senin (14/4) di Makassar.

”Saat ini promosi ke dalam maupun luar negeri belum ada gaungnya. Tempat pameran dan fasilitas pendukung di Celebes Convention Centre pun belum dibenahi,” kata Anggiat Sinaga, Ketua PHRI Kota Makassar.

Ia menilai persiapan TIME 2008 sangat lamban. Ia pesimistis TIME kali ini bisa sesukses TIME 2006. TIME 2006 mencetak transaksi 15 juta dollar Amerika Serikat, dihadiri 117 pembeli, 86 penjual, dan diliput 12 wartawan dari luar negeri. Hal itu menempatkan Makassar sebagai daerah tujuan wisata utama setelah Jawa dan Bali.

Andi Ilhamsyah Mattalatta, Ketua PHRI Sulsel, menyatakan, TIME merupakan peluang terbesar untuk menggaet wisatawan luar negeri karena yang datang para pembeli dari seluruh dunia.

Menurut Ilhamsyah, penyelenggaraan TIME diperebutkan berbagai daerah karena mampu mendongkrak kunjungan wisatawan. ”Perlu langkah nyata dari pemerintah daerah untuk promosi ke beberapa negara. Harus ada dana khusus karena TIME adalah investasi untuk memperkenalkan Sulsel,” katanya.

Ilhamsyah mengusulkan insentif, seperti potongan biaya transportasi dan akomodasi, bagi para pembeli. Terobosan seperti itu dilakukan Malaysia dan China selama pameran wisata. Hasil promosi menempatkan China pada posisi kedua setelah Perancis dengan 55 juta wisatawan pada tahun 2007.

Jeffry Eugene, penyelenggara TIME 2008, menjelaskan, 70 persen kesuksesan TIME adalah promosi yang baik. Saat ini, dukungan dana dari pemerintah daerah sangat kecil, jauh di bawah anggaran 2006 yang Rp 3 miliar.

Sementara itu, perusahaan perjalanan wisata yang tergabung dalam Asita Sulawesi Selatan mendesak perbaikan tata niaga tiket pesawat terbang. Selama ini agen tiket selalu dirugikan karena tidak bisa mengambil uang jaminan tiket dari perusahaan penerbangan yang tutup.

”Kejadian seperti itu sudah lima kali dan berpotensi terulang setelah maskapai Adam Air berhenti beroperasi,” tutur Irham Ilyas, Ketua Asita Sulawesi Selatan.

Sumber: www.kompas.com (15 April 2008)

Related Posts:

-