Magelang - Umat Tionghoa memiliki cara tersendiri agar terhindar dari segala macam keburukan di tahun Kelinci ini. Di Kelenteng Liong Hok Bio, Kota Magelang, Jawa Tengah, mereka menggelar doa bersama dalam ritual ruwatan (Cis Wak), Kamis (9/3/2011). Ritual diawali dengan membakar 25 lembar huu (kertas) yang bertuliskan huruf China, dipimpin oleh rohaniawan Taoisme, Chen Li Wei.
Menurut Chen Li Wei, pembakaran ini memiliki makna menolak bala atau menghindari segala rintangan yang mungkin terjadi sepanjang tahun Kelinci. Prosesi tersebut dibarengi dengan sembahyang dan pembacaan kitab suci. Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan pemutaran Gantang (tempat takaran beras berbentuk bulat pada zaman dahulu) yang berisi beras, pedang, dan macam-macam peralatan. Gantang tersebut merupakan simbol dari Dewa Rasi Bintang Tujuh.
"Gantang yang berputar secara simbolis bermakna perputaran nasib manusia yang diharapkan bisa berubah dari jelek ke baik," terang rohaniawan asal Tegal, Jawa Tengah, ini.
Pada prosesi terakhir ritual ditandai dengan menyeberangi sebuah jembatan yang diberi nama jembatan Tujuh Bintang. Diseberanginya jembatan itu merupakan pertanda telah dilewatinya segala rintangan dan menuju ke arah kebaikan. Jembatan tersebut terdiri dari dua pintu, yaitu pintu naga (Lung Men) sebagai pintu masuk. Naga dipercaya warga Tionghoa sebagai hewan pembawa keberuntungan. Sedangkan ujung jembatan tersebut ada pintu macan (Guk Ho) sebagai lambang kesialan. Pintu tersebut merupakan jalur keluar dari jembatan tersebut.
"Ini simbol masuk ke pintu berkah (Naga) dan keluar dari pintu sial (Macan). Semua naas dan halangan ditinggalkan di tengah jembatan tersebut," terangnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan TIDD Kelenteng Liong Hok Bio, Paul Candra Wesiaji, mengatakan, acara ini merupakan ritual rutin yang diselenggaran setiap tahun setelah Imlek. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan semua keburukan dan kesialan. Selain itu, ritual ini juga dilakukan untuk meminta keselamatan agar bumi terhindar dari marabahaya.
"Acara ini diikuti oleh umat Tionghoa yang ada di Kota Magelang dan sekitarnya. Selain agar terhindar dari kesialan, mereka juga berdoa untuk keselamatan semua umat," jelasnya.
Menurutnya, shio Ayam merupakan shio yang keberuntungannya paling jelek di tahun Kelinci ini karena hewan tersebut saling bermusuhan. Untuk itu agar lebih beruntung pada tahun ini pemilik shio ayam tersebut perlu diruwat. "Namun, yang datang dalam ritual ini bukan hanya umat yang bershio ayam, semua umat dengan shio yang berbeda pun datang," terang dia. (K11-11)
Sumber: http://oase.kompas.com