Turis Belanda Blusukan Kampung

Surabaya - Kampung di Surabaya menarik perhatian turis mancanegara. Kemarin (14/3), sebanyak 23 turis dari Belanda blusukan ke Kampung Malang untuk melihat dari dekat kehidupan masyarakatnya.

Mereka masuk kampung dengan mengendarai becak. Satu becak dinaiki satu orang. Dengan demikian, ketika berjalan, iring-iringan itu tampak seperti pawai becak di kampung padat penduduk tersebut.

Sepanjang perjalanan, para turis mendapatkan sambutan hangat dari warga. Tak heran, mereka tak pernah henti membalas dengan senyuman. "Kami ingin berinteraksi langsung dengan warga Surabaya. Mereka ramah, saya senang berada di sini," ujar Antoine Capel, salah seorang di antara mereka.

Bersama istrinya, Marun Capel, Antoine mengatakan, kunjungan ke Indonesia merupakan impian lamanya. "Ayah saya dulu bekerja sebagai tentara di Indonesia pada 1947. Beliau menceritakan Indonesia adalah negeri yang indah. Jadi, saya harus mengunjunginya," katanya.

Tiba di Kampung Malang Kulon, mereka turun dari becak untuk membagikan permen, buku, dan alat tulis kepada anak-anak. Tal pelak, kampung tersebut menjadi semarak dalam sekejap. Anak-anak berlarian meminta buah tangan itu. Jalan yang lebarnya hanya sekitar dua meter tersebut tidak menyisakan tempat bagi warga yang lewat.

Keluar dari Kampung Malang Kulon, "bekal" yang dibawa turis-turis tersebut habis. Konvoi becak selanjutnya memburu minimarket untuk membeli barang-barang yang akan dibawa ke Panti Asuhan Matahari Terbit di Jalan Dr Soetomo. Dua minimarket Alfamart dan Indomaret yang berseberangan menjadi jujukan. Parkir becak di kanan kiri jalan tentu saja membuat arus kembali tersendat.

"Kami cari bekal dulu untuk anak-anak di panti asuhan. Biar anak-anak senang," kata Marun yang memilih membeli mobil-mobilan, permen, dan wafer cokelat.

Di panti asuhan yang menampung 53 anak itu, warga Belanda tersebut kembali mendapatkan sambutan meriah. Begitu menginjakkan kaki di halaman, anak-anak langsung berlarian menyongsong.

Dorothy Booth, salah seorang turis, mengaku puas dengan perjalanan di siang yang terik tersebut. "Meskipun panas, saya senang di sini. Suami saya benar, Indonesia memang menarik," katanya. Ya, wanita 53 tahun itu memang mengetahui Indonesia dari suaminya yang pernah manggung di Indonesia. "Dia seorang pemain jazz yang sering keliling dunia. Indonesia selalu disebutnya. Jadi, saya ingin ke sini. Sayang dia tidak bisa ikut bersama saya," lanjutnya.

Dorothy mengaku kunjungan sosial lebih menarik daripada sekadar mengunjungi tempat-tempat wisata yang sudah ditata untuk turis. "Suasananya natural sekali. Banyak yang harus saya syukuri dalam hidup," katanya lantas memberikan sebungkus permen kepada anak panti yang menghampirinya. Kotak bantuan untuk panti pun tak luput dari perhatian mereka. Beberapa lembar uang Rp 50.000 berpindah dari tangan mereka ke kotak tersebut.

Peter Tanto, tour guide turis-turis tersebut, mengatakan bahwa kunjungan yang dilakukan kemarin merupakan acara dadakan. Ketika salah seorang turis mengaku ingin melihat kehidupan masyarakat Indonesia yang sebenarnya, Peter mengajukan rencana keliling kampung dengan becak dan langsung disetujui. "Tapi, tidak semua ikut. Sebenarnya rombongan terdiri atas 54 turis. Yang lain punya agenda sendiri," ungkapnya. Rencananya, hari ini turis-turis tersebut akan mengunjungi House of Sampoerna dan pusat belanja tas Tanggulangin. "Dari Surabaya, langsung ke Bali," imbuhnya.

Sumber: www.jawapos.co.id (15 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts