Medan, Sumut - Festival Danau Toba 2013 akan menjadi tuan rumah World Drum Festival pertama di dunia yang diikuti peserta dari luar negeri yakni dari negara-negara di Afrika, Amerika, Myamar, Jepang, Singapura, dan Malaysia.
"Kekayaan tradisi drum chime atau drum melodi Batak menjadi awal munculnya gagasan Festival Danau Toba 2013 yang ditangani Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) itu sebagai tuan rumah World Drum Festival," kata Kepala Sub Bagian Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Debbie Panjaitan, di Medan, Jumat.
Didampingi Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Sumut,Jumsadi Damanika, menyebutkan, tradisi drum melodi di dunia memang hanya ada di tiga negara yakni Uganda, Afrika Timur, Myanmar, dan Batak, Indonesia.
Namun dari tiga negara itu, variasi yang paling banyak adalah di suku Batak, Indonesia, dimana ada empat puak suku Batak.
Akibat banyaknya variasi drum melodi di Batak itu pula yang membuat pada World Festival Drum, Sumut mengikutsertakan peserta dari Batak Toba dengan Godang Bolon,dan Hasapi, disusul Batak Karo (Gendang Lima Sedalanen), Batak Pakpak (Gendarang Merkata Si Sibah) serta Batak Simalungun dengan Gondarng Sipitu-pitu
Di luar Sumut, dari Indonesia diikuti dari Bali, Bengkulu, Lombok, Banyuwangi dan Makasar.
"World Drum Festival yang akan ditargetkan menjadi acara tetap di Festival Danau Toba diharapkan semakin menjadi daya tarik bagi wisataawan nusantara dan bahkan asing untuk mengunjungi festival itu yang juga mulai tahun ini dijadikan sebagai agenda tetap pariwisata Sumut bahkan Indonesia,"katanya.
Festival Drum Dunia itu menurut jadual akan dilakukan "Main Stage Bukit Beta", pada tanggal 10--13 September dengan waktu mulai pukul 19.30--22.00 WIB.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumut, Solahuddin, mengaku, kegiatan-kegiatan yang berskala internasional seperti drum, paralayang, renang dan kesenian/kebudayaan diyakini kuat bisa menambah daya jual Festival Danau Toba ke wisatawan asing.
Apalagi, Festival Danau Toba itu mulai tahun ini sudah menjadi agenda pariwisata tetap setiap tahunnya.
"Yang perlu difikirkan lagi adalah bagaimana bisa memperbaiki dan menjaga infrastruktur jalan menuju Danau Toba itu agar wisatawan tidak khawatir dengan keselamatan dan lebih santai menikmati perjalanan,"katanya.
Asita juga berharap operasional dua penerbangan yang melayani rute Medan-Parapat dan Batam-Parapat yakni Lion Air dan Susi Air bisa dipertahankan.
Sumber: http://www.antaranews.com