Kuningan, Jabar - Menyambut Hari Jadi Kota Kuningan yang ke-518 Pemkab Kuningan menggelar acara seni tradisi Babarit. Kegiatan turun-temurun pada masyarakat suku Sunda ini sebagai upaya mensyukuri berlimpahan hasil kekayaan alam.
Kegiatan Babarit (Ngabuburak Wewerit) ini berlangsung pada jam 08.00 WIB, di depan Pendopo Kuningan. Tampak hadir Bupati Kuningan H Acep Purnama, Sekda Yosep Setiawan, Forum Koordinasi pimpinan daerah para Kepala SKPD serta ribuan masyarakat yang kebetulan sedang menikmati Car Free Day.
Dari pantauan Radar Kuningan, acara Babarit dimulai dengan pembacaan Sinopsi sambil diiringi musik gending dan kacapai suling. Kemudian sasajen dan dipasang di depan tumpeng raksasa. Selanjutnya, ritual membawa air air, tumpeng atau nasi kuning dari empat penjuru mazhab atau penjuru arah. Lalu, empat mata itu disatukan. Ke empat mat air itu pertama dari air dari arah barat (Mata Air Cisuriam), air dari timur (air dari Indrakila).
Kemudian, air dari arah utara dari Cikahuripan Kahyangan Indraprahasta) dan terakhir dari selatan air yang diambil dari Balong Kabuyutan Selajambe) itu disatukan oleh bupati selaku pupuhu papayung agung Kuningan. Setelah disatukan maka air itu dengan menggunakan media bunga bupati menyipratkan ke empat arah. Dilanjutkan dengan pemberian tumpeng kepada sesepuh Kuningan yang dalam hal ini adalah Ketua PHBM Kuningan Maman Suherman.
Usai acara ritual bupati dan tamu kembali ke tempat semula. Kemudian, acara dilanjutkan dengan tarian yang dibawakan oleh gadis cantik. Mereka terus menari dengan diiringi lima lagu wajib yang harus dilakukan dalam kegiatan babarit. Ke lima lagu tersebut adalah Sang Golewang, Tunggul Kawung, Bujang Anom, Goyong-Goyong Dan Raja Pulang. Setelah itu, dilanjutkan dengan tari kolosal yang melibatkan para pejabat dengan masing-masing istri. Bupati juga tampak meningikuti kegiatan tari kolosal ini. Sebelumnya dilakukan penilai ke nasi tumpeng yang dibuat tiap SKPD.
Usai semua rangkaiakn beres, acara selanjutnya makan nasi tumpeng. Pada saat belum dimulai, ribuan warga langsung menyerbu nasi tumpeng. Mereka membawa kantung kresek dan juga wadah lainnya. Bahkan, nyiru (tampah) yang merupa wadah nasi tumbeng diambil warga untuk memburu makanan berkah yang ada di pinggir tumpeng tersebut. Aksi saling rembut nasi dan lauk pauknya menjadi pemandangan yang sangat lucu. Tidak sedikit yang terus menerus saling tarik untuk mempereputkan makanan.
Tampak warga suka cita dengan kegiatan ini. Bagi mereka selain bisa menyaksikan seni tradisi juga mereka bisa menikmati nasi tumpeng raksasa. Sekadar informasi Babarit Kuningan merupakan kegiatan ritual masyarakat Sunda sebagai wujud rasa syukur kepad Allah SWT atas keberhasilan yang diperoleh. Dengan panen melimpah dan masyarakat sejahtera. Disebutkan bahwa kegiatan babarit merupakan upaya mengangkat kearifan lokal dari pagelaran budaya ini banyak hikmah yang bisa diambil.
Babarit menjadi sarana syukuran terhadap limpahan kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Kuningan sekaligus memperingati hari jadi Kabupaten Kuningan yang ke 518. Dengan adanya acara babarit ini, diharapkan masyarakat kabupaten kuningan menjadi masyarakat yang maju dan sejahtera serta terhindar dari berbagai musibah.
“Dengan adanya acara babarit ini menandakan bahwa masyarakat Kuningan adalah warga yang pandai bersyukur atas karunia Allah SWT,” ungkap bupati.
Menurut Acep budaya babarit harus terus dilestarikan karena merupakan salah satu aset budaya yang memiliki nilai-nilai budaya adat-istiadat masyarakat yang cukup tinggi serta merupakan penghargaan pada leluhur setempat. “Seperti kata pepatah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, sehingga dapat dikatakan acara babarit merupakan implementasinya,” jelas A cep yang didampingi Kadisparbud Kuningan Teddy Suminar.
Sumber: http://www.radarcirebon.com