Singkawang Bersiap Sambut Perayaan Cap Go Meh

Pontianak, Kalimantan Barat - Wali Kota Singkawang Hasan Karman menyatakan akan menyiapkan penginapan alternatif mengantisipasi membeludaknya pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri pada perayaan Cap Go Meh, Februari 2010 mendatang.

"Kami telah melakukan koordinasi dengan panitia perayaan Cap Go Meh 2010, di antaranya mempersiapkan penginapan tambahan kalau kamar hotel yang ada tidak mencukupi," kata Hasan Karman di Pontianak, Minggu (29/11).

Ia mengatakan, persiapan penginapan tambahan itu mulai dilakukan pada perayaan Cap Go Meh tahun 2009. "Perayaan Cap Go Meh di Singkawang salah satu andalan dalam menarik wisatawan lokal maupun mancanegara di Provinsi Kalimantan Barat sehingga perlu persiapan yang matang. Apalagi menyambut Visit Indonesia 2010 mendatang," ujarnya.

Ia mengatakan, dampak dari perayaan Cap Go Meh sangat positif bagi perkembangan ekonomi di kota itu mulai dari masyarakat bawah hingga maskapai penerbangan yang melayani rute Pontianak-Jakarta dan dari luar negeri menuju Pontianak.

"Kami telah membentuk panitia induk dari berbagai elemen masyarakat termasuk mendata rumah penduduk untuk dijadikan tempat penginapan standar hotel," ujarnya.

Perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang atau kota yang dikenal dengan 1.000 kelenteng itu cukup meriah sehingga setiap tahunnya menarik minat wisatawan lokal ataupun mancanegara untuk mengunjunginya.

Menurut budayawan Tionghoa Pontianak Lie Sau Fat alias XF Asali, Cap Go sama dengan 15, Meh sama dengan malam atau diartikan malam ke-15.

Ada dua versi tentang Cap Go Meh, yaitu versi Yuan Shiau Ciek, menganggap Cap Go Meh sebagai satu festival yang dirayakan sejak Dinasti Xie Han (206 SM-34 M) yang menandakan berakhirnya perayaan tahun baru.

Sementara pada Dinasti Tung Han (25-220 M) Kaisar Liu Chang (Han Min Tie) merayakan Yuan Shiau Ciek untuk menghormati Sang Buddha Sakyamuni yang telah menampakkan diri pada tanggal 30, bulan 12 Imlek di dataran Barat ditafsir sama dengan tanggal 15 bulan 1 Imlek dataran Timur.

Kaisar di zaman itu memerintahkan rakyatnya sembahyang, syukuran, arak-arakan, memasang lampion (lampu), dan atraksi kesenian rakyat seramai mungkin malam itu.

Hingga kini secara turun-temurun warga Tionghoa yang lahir di Indonesia penganut Sam Kaw/Tri Dharma sebagai hari raya religius umat, Taoisme di kelenteng, Buddhis di wihara, dan Kong Hu Cu di Li Thang merayakan Cap Go Meh, katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts