Benteng Bersejarah di Sulsel Merana

Makassar, Sulawesi Selatan — Sulawesi Selatan termasuk wilayah yang kaya dengan cagar budayanya. Sayangnya, nasib cagar budaya warisan nenek moyang masyarakat daerah ini kini banyak yang tak terurus sehingga terancam lenyap. Salah bukti ketidakpedulian masyarakat daerah ini terhadap cagar budayanya yang tampak jelas di depan mata adalah nasib Benteng Sombaopu dan Benteng Rotterdam. Sekretaris Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Andi Muallim banyak membeberkan keluh-kesah sekaligus kritiknya terkait nasib cagar budaya tersebut di hadapan ratusan peserta Sosialisasi Pedoman Penulisan Sejarah Lokal di Hotel Sahid Jaya, Makassar, Selasa (26/5).

"Lihatlah kondisi Benteng Rotterdam, sudah banyak bangunan di sekelilingnya. Ada kantor RRI, ada kantor veteran, ada kantor disperindag, dan rumah-rumah masyarakat yang menempel dinding benteng, sehingga mengurangi keindahan benteng tersebut," tuturnya. Parahnya lagi, konon bakal ada dibangun hotel tepat di pesisir pantai depan Benteng Rotterdam. Jika ini terwujud maka pandangan dari benteng ke arah laut bakal terhalang. Inilah yang menjadi keresahan pamong senior dan banyak pemerhati cagar budaya di daerah ini.

Naskah Kuno
Selain kondisi beberapa benteng, nasib naskah-naskah kuno beraksara lontara yang tersebar di berbagai daerah di Sulawesi Selatan juga sama. Naskah-naskah kuno berbahasa Bugis-Makassar, dan Toraja itu kini terancam punah karena tak lagi banyak yang mau mencari, mengumpulkan, dan merawatnya.

Berangkat dari kesadaran itulah Muallim terlibat dan mendukung gagasan Yayasan Mathes yang punya misi mengumpulkan naskah-naskah kuno Bugis-Makassar, dan Toraja. "Sebab, jika naskah-naskah kuno itu tidak segera diselamatkan maka kekayaan budaya daerah kita di masa lalu sulit diketahui," tutur pamong senior ini. Keresahan Muallim di atas mestinya menjadi perhatian bersama. (Jumadi Mappanganro)

Sumber: http://www.tribun-timur.com 27 Mei 2009
-

Arsip Blog

Recent Posts